Jumat, 30 Januari 2015

PESANTREN DALAM PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DAN INFORMASI


oleh
_________________________


Pada dasarnya setiap lembaga pendidikan memiliki tujuan dan cita-cita mulia yakni mencerdaskan kehidupan anak bangsa dan menyiapkan generasi penerus yang memiliki ilmu pengetahuan. Begitu juga halnya dengan pesantren, ia juga memiliki tujuan dan cita-cita yang sama yakni mencerdaskan kehidupan anak bangsa dan menyiapkan generasi penerus yang memiliki ilmu pengetahuan. Hanya saja, pesantren memiliki titik tekan yang lebih terhadap pengetahuan keagamaan yaitu pengetahuan agama Islam. Namun yang menjadi persoalan sekarang ini adalah munculnya fenomena komersialisasi dunia pendidikan. Fenomena komersialisasi dunia pendidikan ini ditandai dengan bermunculannya lembaga pendidikan yang lebih mengedepankan profit oriented. Inilah yang menjadi keprihatinan kita bersama. Kita tidak sadar bahwa sekarang ini ada upaya kapitalisme global yang tengah menyusup kedalam dunia pendidikan. Persoalan tersebut harus benar-benar diantisipasi oleh lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan yang berbasis nilai-nilai keislaman seperti pesantren. Pesantren yang selama ini dikenal sebagai lembaga pendidikan Islam, yang cukup teruji mampu menghadapi berbagai perkembangan zaman, harus benar-benar menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan global tersebut. Upaya pesantren dalam mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan global tersebut dapat berwujud pada sistem, metode dan model pendidikan yang mampu untuk mencetak lulusan yang siap menghadapi perkembangan zaman.
Dengan tujuan tidak ingin membanding-bandingkannya dengan lembaga-lembaga lain, pesantren memiliki spesialisasi dan spesifikasi model pembelajaran tersendiri dibandingkan dengan lembaga-lembaga pendidikan lain. Sejalan dengan itu, sudah tentu juga pesantren memiliki kelebihan dan dan kelemahan tersendiri. Salah satu kelebihan pesantren terletak pada basis pembelajarannya yang berbasis nila-nilai keIslaman, sehingga pesantren diakui sebagai penjaga moral umat dan pengawal kelestarian ajaran agama Islam. Dengan kelebihan ini, pesantren dapat menjadi penerus dakwah Islamiyah demi tersebarnya ajaran Islam kepada seluruh elemen bangsa. Namun begitu, memang harus jujur dan harus kita akui bahwa pesantren masih memiliki beberapa kelemahan, diantaranya pada sistem. Sistem tersebut terkait dengan manajemen, pengasuh (kiai), tenaga pengajar, santri, kurikulum, model dan metode pengajaran serta berbagai hal lainnya. Kelemahan sistem inilah yang selalu dipertanyakan oleh berbagai kalangan, sehingga mengesankan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang tidak mampu merespon perkembangan zaman. Meski demikian, kita juga harus berbangga karena sekarang sudah mulai bermunculan pesantren yang menerapkan sistem modern dan mengaplikasikan kurikulum, metode dan model pengajaran yang mampu merespon perkembangan dan kemajuan IPTEK.

Pemicu kelemahan dalam tubuh pesantren cukuplah kompleks. Diantaranya adalah kebijakan politik pemerintah masa lalu yang sangat mendiskreditkan pesantren dengan cara tidak pernah memberikan kebebasan untuk berekspresi, berkreasi dan berinovasi dalam mengembangkan dirinya. Akibatnya, pesantren pada akhirnya mengambil pola respon terhadap kondisi sosio-politik dan sosio-kultural seperti itu dengan caranya sendiri, yakni dengan hanya memfokuskan pada pola pengajaran yang mengutamakan pada penguasaan terhadap ajaran-ajaran keagamaan. Ironisnya lagi, sampai dengan saat ini juga masih terjadi pandangan miring terhadap pesantren. Pandangan miring ini dipiicu oleh kebijakan politik global yang menganggap pesantren sebagai pencetak kaum teroris dan kaum konservatif yang anti modernisasi dan anti kemajuan. Cara mengatasinya tentu kembali kepada diri pesantren sendiri, apakah pesantren mampu menjawab tantangan itu sendiri ataukah justru sebaliknya pesantren akan kembali mengambil jalannya sendiri dan mengabaikan semua persoalan tersebut.
Sementara itu, perkembangan teknologi dan informasi sebagai icon utama dari proses perkembangan peradaban baru yang kian hari kian pesat dapatlah dianggap sebagai sebuah keniscayaan. Kita tidak bisa menghindarinya, sebab perkembangan teknologi dan informasi yang menjadi icon sebuah peradaban baru tersebut merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Oleh karena itu, pesantren harus mampu merespon perkembangan tersebut.
Efek perkembangan teknologi dan informasi tersebut juga dapat berimbas kepada pesantren. Diantara dampak positif kemajuan teknologi dan informasi tersebut bagi pesantren adalah semakin mudahnya kalangan pesantren untuk mengakses berbagai perkembangan dan kondisi diluar, sehingga pesantren dengan cepat mampu merespon kondisi tersebut. Selain itu dengan adanya kemajuan teknologi dan informasi, kalangan pesantren juga dapat semakin terbuka pola pikirnya. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya kalangan pesantren yang sudah berpikir modern dan berwawasan global. Dampak positif lainnya adalah semakin terbukanya jaringan kerja sehingga pesantren mampu menjalin komunikasi dan jaringan dengan berbagai pihak lain.
Sedangkan dampak negatif yang dapat ditimbulkannya adalah semakin rusak dan hancurnya mental dan moral masyarakat. Hancurnya mental dan moral masyarakat ini kemudian menuntut kejelian pesantren untuk mencari model dan pola pembentengan masyarakat dari serangan budaya luar dan mencari model dan pola baru penanaman nilai-nilai keislaman yang lebih efektif dan konstruktif demi menangkal serangan tersebut.
Contoh kecil upaya pesantren yang lebih efektif dan konstruktif dalam menangkal serangan-serangan tersebut adalah penyelenggaraan bahtsul masail yang intensif oleh kalangan pesantren yang mencoba membahas berbagai kemajuan dan berbagai persoalan kemasyarakatan yang membutuhkan jawaban hukum yang bersandar pada ajaran agama. Belum lagi adanya upaya serius dari kalangan pesantren untuk mengejar berbagai ketinggalan dalam bidang teknologi dan informasi. Kita bisa lihat sekarang, kalangan pesantren sudah mengembangkan dakwah Islamiyah melalui internet, televisi, radio, media  cetak dan bahkan telepon selular. Upaya-upaya ini cukup menjadi bukti bahwa pesantren cukup tanggap terhadap perkembangan teknologi dan informasi tersebut. Penyebabnya adalah karena kesiapan pesantren dalam menjawab tantangan kemajuan tersebut.
Bagaimanapun juga, dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi dan informasi tersebut telah memberikan pengaruh bagi fungsi eksistensial pesantren sebagai basis pertahanan moral umat. Pesantren semakin dihadapkan pada tanggung jawab dan beban yang sangat berat melihat kondisi mentalitas dan moralitas umat yang semakin hancur. Selain itu citra pesantren juga semakin berkurang di mata masyarakat, karena pesantren dianggap kurang berfungsi maksimal dalam menghadapi dampak-dampak kemajuan tersebut. Meskipun pada kenyataannya pesantren selalu mampu menghadapi kondisi apapun. Contoh konkretnya adalah sekarang ini banyak kalangan masyarakat yang sudah tidak melirik pesantren, mereka lebih memilih lembaga pendidikan lain untuk menyekolahkan anaknya. Padahal dengan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, pesantren masih tetap diakui sebagai lembaga pendidikan yang mampu mengakomodir kondisi apapun yang dihadapi.
Dengan mengingat bahwa perkembangan sebuah peradaban itu ditentukan oleh manusia sebagai faktor utamanya dan bukan semata-mata dilihat dari produk-produk yang dihasilkan manusia, maka pesantren dapat memberikan sumbangsihnya terutama dalam pembentukan manusia yang memiliki mentalitas dan moralitas yang tinggi. Cita-cita mulia tersebut dapat diupayakan melalui sistem, model dan pola pendidikan yang mengarah pada tujuan terciptanya kualitas manusia yang bermoral dan bermental tinggi. Disamping upaya tersebut, pesantren juga dapat berupaya menciptakan manusia yang menguasai IPTEK yang tinggi. Hal ini terbukti dengan banyaknya pesantren yang sudah mulai memasukkan kurikulum penguasaan IPTEK modern dalam proses pembelajaran bagi anak didiknya. Melalui berbagai upaya inilah, pesantren hampir bisa dipastikan dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi yang berarti dalam sebuah peradaban.
Sejalan dengan tantangan-tantangan tersebut, kami Jam’iyah Nahdlatul Ulama cabang Indramayu melalui lembaga Robithah Ma’hadil Islamiyah (RMI) berupaya untuk mem-back-up pesantren dalam mengawal dan merespon tantangan peradaban tersebut. Program utama dari lembaga Robithah Ma’hadil Islamiyah (RMI) ini adalah mendorong dan meningkatkan kapasitas dan kualitas pesantren yang ada di Indramayu dalam rangka mengawal dan merespon tantangan peradaban tersebut. Disamping itu, program lain seperti membangun jaringan komunikasi antar pesantren, pelatihan manajemen pesantren, halaqoh pencarian metode dan model pendidikan di pesantren yang responsif terhadap perkembangan zaman juga kita agendakan. Harapan besarnya adalah dengan Robithah Ma’hadil Islamiyah berikut program-programnya ini, pesantren dapat mempersiapkan diri dengan lebih matang untuk menjadi lembaga pendidikan yang apresiatif serta akomodatif dalam menghadapi tantangan masa depannya.


REFERENSI

Din Syamsuddin, Agenda Perkembangan SDM menghadapi tantangan Abad 21: Peran Generasi Muda Islam, makalah disampaikan dalam peringatan kesyukuran 45 tahun Al-Amien Prenduan, 27 Desember 1996.
H. M. Irsjad Djaweli, Pembaruan Kembali Pendidikan Islam, dalam Ali Nurdin dan Herman Fauzi (ed.), (Jakarta: Yayasan Karsa Utama Mandiri dan Pengurus Besar Mathla’ul Anwar, 1998)
Jalaluddin Rahmat, Generasi Muda di Tengah Arus Perkembangan Informasi, dalam Idy Subandi Ibrahiem (ed.), Ecstacy Gaya Hidup, (Jakarta: Mizan, 1997).
Sutomo Djokosujoso, Aktualisasi Pendidikan Islam dalam Era PJPT II, makalah disampaikan dalam seminar sehari di TMI Al-Amien Prenduan, 25 Juli 1993.

1 komentar: