12/02/2003
Islam
tidak akan dapat diterapkan secara paripurna kecuali dengan media khilafah.
Penerapan syariah adalah suatu kewajiban dan hal itu tidak akan dapat dicapai
kecuali dengan media khilafah, maka pengadaan khilafah itu menjadi wajib.
Demikian kaidah ushuliyah yang berbunyi, "Sebuah kewajiban yang tidak bisa
terwujud kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu adalah wajib."
Keadaan
umat menjadi tidak menentu, bahkan tidak berarti di mata blok kafir manakala
tidak mempunyai institusi khilafah yang dapat melindungi kepentingan umat. Pada
saat blok kafir (baca: Inggris dan sekutunya) di awal abad ke-19 tidak berhasil
menanam Israel di Palestina, karena khilafah Abdul Hamid secara tegas menolak sejengkal
tanah pun diserahkan kepada Israel, mereka merekayasa menjatuhkan khilafah
Utsmaniyah dengan menanam Musthafa Kemal dan berhasil menyingkirkan institusi
khilafah tahun 1924. Sejak saat itu, perjuangan umat berubah menjadi
kelompok-kelompok dan jamaah-jamaah. Masing-masing berusaha untuk mengembalikan
khilafah yang hilang itu dengan menempuh berbagai jalan. Ada yang menggunakan jalan politik,
pendidikan, ekonomi, dan juga dengan kekuatan militer. Semua itu belum
menunjukkan keberhasilannya, sementara jalan Allah untuk memberikan khilafah
itu sebagai suatu kepastian. Maka, apa kesalahan yang terjadi? Kita perlu
menelusuri dan mencari solusinya. Makalah di bawah ini sebagai upaya kecil
untuk mengungkap masalah besar ini.
KHILAFAH
UTSMANIYAH
Berdirinya
khilafah Utsmaniyah dimulai dari Sultan Utsman (699-726 H) setelah menang
perang dengan Roma Salibis. Setelah itu keturunan-keturunannya terus
melancarkan ekspansi kekuasaannya ( Majalah Al-Bayan, Al-Alaqat al-Islamiyah-an
Nashraniyah, oleh Ahmad AL-Qadhi, volume 188, Rabiulakhir 1424/Juni 2003, hlm.
9). Namun, keadaan khilafah menjadi lemah setelah mendapat tekanan Eropa untuk
melindungi warga Kristen yang berada di wilayahnya.
Pada
tahun 1840 perundang-undangan Barat mulai menyusup ke legislatif khilafah
Utsmaniyah. Kemudian, pada tahun 1902 M Sultan Abdul Hamid II menolak warga
Yahudi berpindah ke Palestina dan tinggal di sana. Maka, sejak saat itulah seluruh
kekuatan Yahudi dikerahkan untuk mempengaruhi semua kekuatan politik guna
menjatuhkan sultan. Mereka berhasil mempengaruhi militer untuk memberontak
kepada sultan dan berhasil menyingkirkannya pada tahun 1908. Sejak tahun itu
kekuasaan berada di tangan tokoh-tokoh sekular yang membangun kefanatikan
Turki. Pada tahun 1924 Mustafa Kemal secara resmi membatalkan kekhilafahan dan
hilanglah kekhilafahan umat Islam sebagai payung pelindung hingga hari ini.
(Lihat Nadharat fii Manaahij al-Ikhwanul Muslimin oleh Ahmad Salam, Maktabah
Al-Kautsar Riyadh, Cetakan 1 tahun 1989 M/1404 H)
Sejak
mulai adanya kelemahan-kelemahan pada khilafah Utsmaniyah, gerakan-gerakan
Islam lokal di masing-masing negara yang terdapat kekuatan Islam mulai
bermunculan guna menyusun kekuatan. Di antara mereka terdapat komunikasi tetapi
belum berhasil sebagai gerakan internasional yang menyatu.
Di
Indonesia, umpamanya, berdiri gerakan Muhammadiyah pada tahun 1912, dan
Al-Irsyad pada tahun 1914. Di Aljazaair pada tahun 1920 sudah ada gerakan
Jamiyah Ulama tetapi baru saja diresmikan pada tahun 1931(Lihat majalah
As-Sholah volume I, II & V Oleh Masyhur Hasan Salman tentang Basyir
Ibrahim. Adapun di Mesir, muncul gerakan Ikhwanul Muslimin pada tahun 1928 yang
dipimpin oleh Hasan al-Banna (Lihat Al-Ikhwabul Muslimin fii Mizanil Haq, Oleh
Farid Abdul Khaliq, Darush Sholah Mesir, Cet. 1 1987/1408). Dan,
gerakan-gerakan lain yang menyusul, seperti Hizbut Tahrir, Jamaah Tabligh,
dll.(Nadwah Alamiyah Lisy Syabab, al- Mausu'ah al-Muyassarah, Juz 1)
Semua
bentuk gerakan-gerakan Islam itu berupaya mengembalikan kejayaan Islam berupa
khilafah Islamiyah, tetapi mengalami kegagalan yang cukup telak, dan mereka
sampai sekarang masih berusaha dengan cara masing-masing. Ada beberapa sebab kegagalan yang perlu
dicermati, antara lain sebagai berikut.
Manhaj yang tidak jelas.
Fanatisme
berlebihan terhadap tokoh dan wadah gerakan sehingga melahirkan hizbiyah yang
fanatik.
Penyakit
ghurur, yaitu merasa lebih besar sehingga tergesa-gesa untuk mencapai hasil.
REALITAS
UMAT ISLAM HARI INI
Menurut
pandangan penulis buku Umat Islam dan Fatamorgana Demokrasi, oleh Syekh Abdul
Ghani Rahhal, kemunduran umat Islam dewasa ini disebabkan empat hal.
Disingkirkannya
sistem Islam sebagai pandangan hidup (way of live) terutama di bidang politik
(siyasah syar'iyah).
Kekuasaan
negara-negara Islam di tangan para diktator yang membenci hukum Islam.
Musuh-musuh
Islam mencengkeram seluruh kekuatan penguasa muslim.
Tingkat
dekadensi moral yang sangat tinggi melanda kehidupan muslim.
Namun,
menurut hemat kami, kerusakan justru terletak pada kebobrokan para pemimpin dan
rusaknya sistem politik buatan manusia dan amburadulnya masyarakat dari
berbagai sisi. Misalnya, perjuangan lewat demokrasi yang berarti kekuasaan di
tangan rakyat, bersumber dari negara Barat yang sekular, yang memisahkan
kekuatan politik dan agama. Akibatnya, jika diterapkan di wilayah negara Islam,
secara otomatis Islam tidak berperan dalam pengaturan negara. Itu artinya,
Islam hanya memasuki wilayah individu saja. Adapun mereka yang masih
bersemangat menjadikan demokrasi sebagai alat untuk mencapai kekuasaan, dan
pada gilirannya akan diberlakukan syariat Islam, ternyata terbukti beberapa
kali gagal. Kegagalan itu pernah terjadi di Mesir, Yordania, Pakistan,
dan Al-Jazair. Bahkan di Aljazair, setelah kemenangan mutlak di tangan Islam,
secara sepihak, kubu pro-status quo yang didukung oleh negara Barat penganut
islamphobia, berusaha sekuat tenaga menggagalkan kemenangan itu. Hal ini
mendorong para tokoh Islam di sana
untuk mengangkat senjata.
Perjuangan
parlementer juga pernah gagal di Indonesia, kegagalan Masyumi mendorong
kelompok M. Natsir mengangkat senjata melalui PRRI.
MENEGAKKAN
ISLAM DENGAN CARA ISLAM
Judul
di atas menggambarkan upaya sungguh-sungguh untuk memahami dan mempraktikkan
dengan benar penegakan syariat Islam dengan cara Islam. Kenyataan di lapangan
banyak upaya itu dilakukan dengan beragama cara. Adakalanya islami namun
sifatnya parsial, ada pula yang tidak islami tetapi berusaha melegitimasinya
dengan dalil-dalil syar'i dengan lebih banyak bersifat ijtihad pada saat ada
dalil. Ini yang menjadi soal, sebab ijtihad hanya dilakukan pada saat tidak ada
dalil atau dalil bisa dipahamai lebih dari satu pengertian.
Karena
itu, kita dapati berbagai corak perjuangan yang dilakukan umat Islam satu sama
lain menenkankan pentingnya bidang garapan yang digelutinya. Para
politisi muslim, umpamanya, menekanan perjuangan Islam paling efektif adalah
melalui jalur politik. Sementara, para ekonom muslim menganalisis mana mungkin
perjuangan Islam bisa berhasil kalau umat Islam lemah ekonominya. Demikian pula
para juru dakwah, mereka mengemukakan bahwa perjuangan Islam yang paling
dominan adalah umat Islam ini kembali berpegang teguh kepada Islam agar mereka
jaya, tanpa memperinci lebih jauh apa dan bagaimana realisasinya.
Maka,
tema ini menjadi penting untuk dibahas dalam rangka merekonstruksi perjuangan
umat Islam dalam menegakkan dinulullah (agama Allah) sesuai dengan tuntutan
Allah dan Rasul-Nya serta perjalanan salafus saleh sepangjang perjalanan
sejarah perjuangan umat Islam.
JANJI ALLAH DAN RASUL-NYA
Roger
Garandi menggunakan subjudul ini sebagai judul bukunya yang sangat laris itu.
Setiap muslim berharap memperoleh janji Allah, karena itu sebagai karunia
besar. Tetapi, hal itu perlu memenuhi persyaratannya. Khilafah adalah bagian
dari janji-janji Allah yang pasti diberikan manakala terpenuhi persyaratannya.
Allah SWT berfirman yang artinya, "Dan Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh
bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana
Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia
akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia
benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan
menjadi aman sentausa. Mereka tetap mengibadahi-Ku dengan tiada mempersekutukan
sesuatu apapun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji)
itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (An-Nuur: 55).
Dalam
ringkasan tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Allah memberikan janji kepada
Rasulullah saw. akan memberikan kepada umat-umatnya khalifah-khalifah di muka
bumi. Yaitu, para pemimpin negara yang menyejahterakan umat dengan menegakkan
keamanan dan hukum. Janji itu telah diperoleh Rasulullah saw. dan diprediksikan
Nabi saw. akan diperoleh oleh sahabatnya.
Rasulullah saw. bersabda yang artinya, "Masa kenabian akan terjadi (dalam waktu) yang Allah kehendaki, kemudian Allah akan mengangkatnya, bila ia telah berkehendak untuk mengangkatnya. Lalu datanglah masa khilafah (yang berdiri) di atas manhaj Nabi dan akan terjadi (dalam waktu) yang Allah kehendaki, kemudian Allah akan mengangkatnya, bila ia telah berkehendak untuk mengangkatnya. Setelah itu datanglah masa raja yang menggigit (di dalamnya terjadi kezaliman) dan akan berlangsung (dalam waktu) yang Allah kehendaki, Allah akan mengangkatnya bila ia telah berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian setelah itu datanglah masa raja yang memaksa dan terjadi (dalam waktu) yang Allah kehendaki, kemudian Allah akan mengangkatnya bila ia telah berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian akan datanglah setelah itu khilafah atas manhaj nabi, kemudian nabi diam." (HR Ahmad, Al-Haitsami, Tabrani dengan sanad sahih).
Rasulullah saw. bersabda yang artinya, "Masa kenabian akan terjadi (dalam waktu) yang Allah kehendaki, kemudian Allah akan mengangkatnya, bila ia telah berkehendak untuk mengangkatnya. Lalu datanglah masa khilafah (yang berdiri) di atas manhaj Nabi dan akan terjadi (dalam waktu) yang Allah kehendaki, kemudian Allah akan mengangkatnya, bila ia telah berkehendak untuk mengangkatnya. Setelah itu datanglah masa raja yang menggigit (di dalamnya terjadi kezaliman) dan akan berlangsung (dalam waktu) yang Allah kehendaki, Allah akan mengangkatnya bila ia telah berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian setelah itu datanglah masa raja yang memaksa dan terjadi (dalam waktu) yang Allah kehendaki, kemudian Allah akan mengangkatnya bila ia telah berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian akan datanglah setelah itu khilafah atas manhaj nabi, kemudian nabi diam." (HR Ahmad, Al-Haitsami, Tabrani dengan sanad sahih).
Jadi,
khilafah itu terjadi sesuai dengan janji Allah SWT dan prediksi Rasulullah saw.
Namun demikian, khilafah itu tugasnya adalah menegakan agama dan dilaksananakan
oleh orang Quraisy, seperti sabda Rasulullah saw. yang artinya, "Din ini
akan terus tegak sampai datangnya 12 khalifah dari Quraisy kemudian keluarlah
orang-orang pendusta menjelang hari kiamat." (HR Bukhari, Muslim, Tirmizi,
Abu Daud, Ibnu Majah).
Mengapa
persyaratan itu harus dari orang Quraisy? Karena, mereka menegakkan agama dan
keadilan. Rasulullah saw. bersabda yang artinya, "Sesungguhnya persoalan
ini terdapat dalam orang Quraisy, tidak seorang pun yang menyelisihi mereka
kecuali Allah akan menulungkupkan wajahnya selama mereka menegakkan din."
(HR Bukhari dari Muawiyah).
Rasulullah
saw. bersabda yang artinya, "Para imam
itu dari Quraisy. Mereka mempunyai hak atas kalian seperti (imam), bila mereka
diminta agar berkasih sayang, mereka berkasih sayang. Bila mereka berjanji,
mereka menepati dan bila mereka menghukum, mereka menghukum dengan adil. Barang
siapa di antara mereka tidak mengerjakan hal tersebut, maka Allah, malaikat,
dan semua manusia akan memberkan laknat." (HR An-Nasai, Al-Haitsami dan
berkata para perawinya tsiqat [terpercaya]).
Apabila
persyaratan Quraisy tidak terpenuhi, minimal persyaratan iman, amal saleh, dan
penegakan keadilan dijalankan dengan betul.
Rasulullah
saw. bersabda yang artinya, "Wahai seluruh kaum Quraisy, sesungguhnya
kalian pemilik persoalan ini, selama kalian tidak bermaksiat kepada Allah. Bila
kalian bermaksiat kepada-Nya, Allah akan mengutus kepada kalian orang yang
menguliti kalian sebagaima pedang yang tajam ini menguliti." (HR
Al-Haitsami, Thabrani, dan Abu Ya'la).
JALAN MENUJU KHILAFAH
Khilafah
sebagai suatu kepastian, dan harus diupayakan sebagai asbab. Selama prosesnya
benar, insya Allah outputnya akan benar.
Bila
kita perhatikan proses yang dilakukan oleh Rasulullah saw., kita dapatkan
penanaman keimanan menjadi prioritas utama dan sekaligus pelaksanaan amaliah
yang menyatu. Karena itu, para sahabat berkata, "Kami diberi iman sebelum
Alquran."
Dengan
iman yang kuat, terbangunlah pribadi kokoh yang siap berkorban untuk selalu
menapaki ash-sharatal mustaqim. Penyakit yang paling banyak menggerogoti iman
dan amal saleh adalah kezaliman dan kebodohan. Kezaliman melahirkan kebejatan,
seperti yang dicontohkan oleh kaum Yahudi, dan kebodohan menghasilkan bid'ah,
yaitu bid'ah seperti yang dicontohkan kaum Nasrani. Kedua hal itu melahirkan
firqah-firqah yang kita diperintahkan untuk menghindarinya. Allah SWT berfirman
yang artinya, "Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang
lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain).
Karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa." (Al-An'am: 153).
Rasulullah
saw. bersabda yang artinya, "Yahudi terpecah menjadi 71 golongan.
Sementara Nashrani terpecah menjadi 72 golongan. Dan umatku akan terpecah
menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu. Para
sahabat bertanya, "Siapakah mereka ya Rasulullah?" Rasulullah
bersabda, "Mereka adalah apa yang saya dan para sahabat hari ini
berada." (HR Ibnu Majah, Tirmizi, dan lainnya).
Kita
tidak boleh putus asa atau hanya bersifat pasif menunggu, tetapi harus berbuat
semampu kita agar kita termasuk kelompok ath-thaifah al-manshurah (kelompok
yang ditolong).
Rasulullah
saw. bersabda yang artinya, "Akan terus ada dari umatku yang menegakkan
kebenaran, orang-orang yang menelantarkannya tidak membahayakan dirinya, tidak
pula orang-orang yang menyelisihi mereka sampai hari kiamat, (dan dalam sebuah
riwayat) sampai datang perkata Allah mereka tetap seperti itu." (HR
Syaikhani).
Itulah
mereka yang menapaki manhaj salafus saleh, semoga kita bersama mereka di dunia
dan di akhirat. Wallahu a'lam bish-shawab. (Farid Achmad Okbah, M.A.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar