Jumat, 30 Januari 2015

Give In Order To Get


Jalaluddin Rakhmat

Di tengah padang pasir Amargossa, California ada gubuk yang tua dan rapuh. Tak jauh dari situ ada sumur. Setiap musafir yang lewat mengambil air dari dalamnya. Tidak ada timba, tetapi ada pompa air yang sering mengering bila tidak dipakai. Pada pompa itu menempel pesan: “Ambil botol air yang aku simpan di bawah batu putih. Curahkan air pada pompa sebagai pemancing. Nanti air yang lebih banyak akan membersit keluar.
Ambillah air secukupnya dan isilah kembali botol itu. Kembalikan ke tempatnya semula.” Dengan cara itu, sumur itu telah mengalirkan airnya selama hampir satu abad.
Cerita ini, menurut Canfield dan Hansen, mengajarkan kepada kita hukum besi alam: Give in order to Get. Beri supaya Dapat. Anda hanya akan memperoleh apa yang Anda butuhkan, bila Anda memberi lebih dahulu. Saya menambahkan pelajaran kedua: Ketika Anda mengambil, ingatlah musafir yang lain. Masukkan air ke botol untuk dipergunakan oleh musafir sesudah Anda.

Kita semua adalah musafir dalam perjalanan sejarah bangsa. Mereka yang naik menjadi pemimpin sudah menemukan sumur untuk melepaskan dahaganya. Sumur kekayaan negeri ini memang berlimpah air; tetapi pompanya sudah lama mengering. Semua pemimpin yang lewat sibuk menyedot air dan lupa mengisi botol kecil di bawah batu putih.


Presiden demi presiden datang dan pergi. Bersama para presiden adalah para wakil rakyat dan para pejabat. Mereka datang kehausan dan pergi kekenyangan. Tak seorang pun di antara mereka memikirkan musafir yang datang kemudian. Pompa itu kini sudah kering, bahkan sudah pecah berantakan. Kita – tidak termasuk mereka yang menyimpan kantung air yang tebal- sedang menderita kehausan. Kemiskinan sudah mencekik tenggorokan kita.

Apa yang harus kita lakukan? Minta mereka yang berkantong tebal memasukkan air ke pompa sumur kita. Tidak usah semuanya. Percayalah, dengan memberi, mereka akan memperoleh air yang lebih banyak lagi. Jika mereka menolak, katakan bahwa kantong mereka akan mengering dengan cepat. Jika ancaman kita itu tidak membuat mereka bergeming, rebut air itu dari mereka. Hukum sejarah kedua mengajarkan: <<Tanpa memberi, mereka akan kehilangan apa yang sudah mereka peroleh.>>

Air itu adalah sumber daya bangsa ini. Ada tiga sumber daya: alam, keuangan, dan kekuasaan – natural, finansial, dan politik. Elit politik kita sedang sibuk memperebutkan ketiganya tanpa memperhatikan Anda sama sekali. Kita percaya kerakusan mereka akan menghilangkan semua yang dimilikinya. Dulu eksekutif terlalu berkuasa. Kini mereka kehilangan banyak kuasanya. Sekarang, DPR/MPR punya kekuasaan yang berlebihan.
Kelak, kekuasaan ini akan dipangkas lagi besar-besaran. Tapi dari dulu sampai sekarang, rakyat tak pernah berkuasa.

Pompa sumur Anda sudah rusak. Anda harus mengambil ketiga sumber daya itu dengan paksa. Lewat hukum, misalnya. Atau lewat apa yang kita sebut class action. Atau apa saja. Soalnya, mereka bukan hanya menyedot air sumur. Mereka juga sedang berpesta pora meminum darah Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar