Mungkinkah setelah Nabi dikafani dan
dibaringkan
kami menikmati kehidupan dan mendapati
hiburan
Sungguh telah kami tanggung derita, Ya
Rasul Allah
selama hidup kami, belum pernah ada bencana
sebesar ini
Dahulu engkau benteng perkasa bagi kami
lindungan dan naungan dari musuh kami
Dahulu dalam pandanganmu, kami lihat cahaya
dan pedoman
Sekarang kegelapan menyelimuti kami bahkan
di waktu siang
setelah kepergianmu, kepekatan gelita
menambah kelam
Wahai insan terbaik yang mengisi jantung
dan hati
wahai jasad termulia yang dipeluk debu dan
duli
Seakan keadaan manusia sepeninggalmu
Bak bahtera dihempaskan julang gelombang
samudera
Bumi menghimpit menyesakkan dada
ketika dikatakan Rasulullah telah tiada
Runtunan musibah menimpa kaum Muslimin
bak pecahan batu yang tak mungkin disambung
padu
Bak ikatan kuat yang tak mungkin dilepaskan
Bak tukang rapuh yang tak mungkin
disembuhkan
Setiap kali menjelang salat, kami diguncang
Bilal
yang melantunkan kenangan, setiap kali ia
berazan
Ketika orang-orang mencari warisan yang
mati
Pada kami carilah pedoman dan warisan Nabi
Puisi ini disampaikan Imam Ali untuk
mengenang saat ketika ia berbaring di ranjang Nabi, pada malam Hijrah.
Dengan diriku, kujaga sebaik-baiknya manusia
yang menginjak debu
dan sebaik-baiknya orang yang tawaf di
rumah tua dan Hijr Ismail
yakni Muhammad ketika menghadapi orang yang
makar kepadanya
lalu Allah melindunginya dari segala tipu
daya
kulewatkan malam mengawasi mereka ketika
mengepungku
dan diriku sudah pasrah untuk dibunuh atau
dijadikan tawanan
Rasulullah lewatkan malam di gua dengan
tenteram
di sana dalam lindungan dan tirai Tuhan
ia tinggal di sana tiga hari
dan memasang kendali untanya
ia meninggalkan gua
menyibakkan kerikil yang dilewatinya
aku ingin membela Tuhan
dengan segala kesungguhan
aku sembunyikan dia
sampai aku berkalang tanah
diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah saw
berangkat untuk perang Tabuk, beliau mengangkat Imam Ali sebagai wakil beliau
di Madinah. Ali mengikutinya dari belakang sambil berkata, “Ya Rasul Allah,
orang Quraisy menduga bahwa engkau meninggalkan aku untuk memberatkan aku.
Rasulullah saw bersabda: masih juga umat itu menyakiti para nabinya, ya Ali
tidakkah engkau ridha memiliki kedudukan terhadapku, seperti Harun terhadap
Musa. Hanya tidak ada nabi sesudahku.” Lalu Imam Ali, menggumamkan syair:
Ah, semoga Allah jauhkan orang-orang
munafik
yang sibuk dalam kebohongan dan kebatilan
Mereka berkata kepadaku, Rasul sudah
membencimu
ia tinggalkan kamu bersama orang-orang yang
tidak mau berjuang
Semua itu hanyalah karena Nabi
ingin membiarkan kamu sendiri
Aku berangkat dengan pedang di pundakku
menemui Pemimpin yang kasih bijak bestari
Bergetar kalbunya ketika melihatku
dan berkata semesra kata saudara sejati
Apakah perlu kusampaikan apa yang sudah
jelas bagiku
tentang kedustaan orang-orang yang dengki
berakhlak keji
Berkatalah saudaraku, “Engkau bagiku
seperti Harun bagi Musa, walau bukan Nabi
pengganti.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar