Al-Tanwir
No. 167
- Edisi: 2 Juli 2000/ 29 Rabiul Awal 1421 H
K.H.
Jalaluddin Rakhmat
Salah
satu bukti kecintaan kita kepada Nabi Muahmmad saw adalah dengan berusaha
mencintai keluarga Nabi Muhammad saw. Dalam sejarah banyak disebut betapa
banyak penderitaan yang dialami oleh mereka yang menunjukkan kecintaan kepada
keluarga Nabi saw.
Allah
berfirman dalam Surat al-Syura ayat 20-24,” Allah berfirman dalam Surat
Al-Syura ayat 20-24,”Barang siapa yang mengiginkan tanaman akhirat, Kami
akan tambah tanamannya. Siapa yang menginginkan tanaman dunia, Aku berikan juga
sebagian dari padanya, tetapi dari akhirat dia tidak memperoleh bagian sedikit
pun.
Apakah
mereka mempunyai sekutu-sekutu yang membuat bagi mereka syarikat-syarikat agama
yang tidak diizimkan oleh Allah. Seandainya tidak ada kalimat yang sudah
ditentukan oleh Allah tentulah sudah diselesaikan diputuskan diantara mereka.
Sesungguhnya orang zalim itu bagi mereka azab yang pedih.
Orang-orang
yang zalim merasa takut melihat amal-amal yang mereka lakukan yang hadir nyata
dihadapan mereka. Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh Allah
tempatkan dalam taman –taman surga. Bagi mereka apa yang mereka kehendaki di
sisi Tuhan mereka dan itulah anugerah yang besar. Demikianlah yang Allah
kabarkan sebagai kabar gembira kepada hamba-hamba-Nya yaitu yang beriman dan
beramal saleh.
Katakan
oleh kamu (wahai Muhammad) aku tidak meminta upah dari kamu semua kecuali
kecintaan pada al-Qurba. Siapa yang melakukan kebaikan dengan mencintai
keluarga Rasulullah saw, Aku tambahkan baginya kebaikan itu. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun dan Maha Pembalas kebaikan dengan kebaikan.
Apakah
mereka sudah berkata bahwa Muhammad ini sudah berbohong mengatas namakan Allah
(padahal hanya untuk kepentingan keluarganya). Kalau Allah kehendaki Allah bisa
menghapus kebaikan dan tegakan kebenaran dengan kalimatnya. Seungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang ada di dalam dada.
Pada
umumnya, kitab tafsir memulai paragraf “Katakan oleh kamu...” Itu dari man
kaana (siapa yang mengiginkan akhirat – ayat 20), tetapi Syayid Alamah
Thabathaba’i, dalam tafsir Mîzân, memuai paragraf ini dari ayat 17. Jadi
ketika Allah menjelaskan bahwa Dia menurunkan al-Kitab dengan kebenaran dan
untuk menegakkan keadilan, di situ digambarkan ada orang yang tidak mau
menerima kitab ini sebagai pedoman hidup mereka sehingga mereka berada dalam kesesatan.
Dan setelah itu Allah menyuruh Rasulullah untuk menyampaikan kepada umatnya
agar selain berpegang kepada al-Kitab, mereka juga jharus berpegang kepada
kecintaan kecintaan keluarga Nabi saw seperti yang disebutkan dalam ayat 23 di
atas. Dalam ayat 22, disebutkan bahwa orang-orang zalim ketakutan melihat amal
yang mereka lakukan. Thabathaba’i menyatakan bahwa berdasarkan ayat inilah,
orang kafir akan ketakutan melihat amal-amal mereka.
Cinta
Yang Mendatangkan Syafa’at
Ada satu
konsep yang menurut para ahli tafsir disebut dengan nama berwujudnya amal-amal
kita. Artinya nanti amal-amal kita akan diberi wujud oleh Allah swt.. Al-Qur’an
menyebut tentang hal itu seperti dalam Surat Al-Kahfi (QS 49-Cek-Recek ),”
Mereka menemukan apa yang mereka amalkan itu hadir di depan mereka.” Dalam
Surat Al-Zalzalah ditegaskan bahwa amal-amal manusia akan bisa dilihat nanti,”
( QS. 6).
Ibnu
Qayyim Al-Jauzi meriwayatkan dalam salah satu kitabnya, Al-Rûh, tentang
apa yang akan terjadi ketika kita meniggal dunia.
“Waktu
itu para sahabat sedang berada di sekitar pemakaman. Saat itu Rasulullah datang
bersama kami,” kata para sahabat. Lalu Rasulullah bercerita: Apabila seorang
mukmin meninggal dunia, sejauh-jauh penglihatan terdapat malaikat—Katakanlah
upacara penjemputan jenazah Mukmin. Para malaikat itu berbaris; sementara
malaikat maut duduk dekat kepala si Mukmin dan berkata,”Hai ruh yang indah,
keluarlah menuju ampunan Allah dan keridaan-Nya.” Lalu Rasul menggambarkan
dengan indah nyawa mukmin itu seperti tetesan air dari wadah air. Begitu
mudahnya ruh itu keluar, kemudian malaikat mengambil ruh itu dan tidak
melepaskan dari tangannya sekejap mata pun. Ruh itu itu mengeluarkan bau
semerbak yang memenuhi seluruh alam malaikat. Ketika ruh jenazah itu lewat,
para malaikat bertanya,”Siapakah ruh ini?.” Malaikat maut menjawab,”Inilah ruh
fulan bin fulan.” Lalu dibawalah ia ke langit untuk menghadap Allah swt, ia
diterima oleh Allah dengan segala keridaan-Nya. Kemudia ia dikembalikan lagi ke
alam barzakh dan saat itu datang malaikat yang menanyai siapa Tuhannya dan
siapa yang diutus datang kepadanya. Ia menjawab pertanyaan malaikat itu bahwa
Tuhannya adalah Allah dan utusan yang datang kepadanya adalah Rasulullah.
Malaikat melanjutkan pertanyaanya; dari mana ia tahu tentang Rasulullah; dia
menjawab bahwa ia mengetahuinya dari kitab, dan ia beriman dan mencintainya..
Mendengar jawab hamba Allah yang saleh itu terdengarlah suara keras dari
langit.
Rasulullah
melanjutkan ucapannya: Apabila seorang kafir atau ahli maksiat meninggal dunia,
turunlah malaikat ke bumi dengan wajah yang menakutkan. Kemudian malaikat maut
duduk di samping kepalanya dan berkata,”Hai jiwa yang kotor keluarlah kamu
menuju kemurkaan Allah dan azab-Nya.” Betapa susah ruh itu keluar darinya,
sampai-sampai seluruh tubuhnya seakan-akan akan pecah berkeping-keping. Dan
ketika malaikat memegang ruh orang kafir itu, bau menyengat seperti bangkai
memenuhi seluruh alam malaikat. Ketika malaikat bertanya siapakah ruh yang
busuk itu, disebutlah ia dengan nama yang paling jelek di dunia ini. Kemudian
ia dibawa ke langit dan pintu-pintu langit ditutup baginya, jenazahnya
dilemparkan kebumi. Ketika malaikat bertanya kepadanya, ia tak sanggup menjawab
pertanyaan itu dengan baik. Maka disempitkanlah kuburannya sesempi-sempitnya. Setelah
itu datanglah makhluk yang wajahnya sanagt menakutkan dengan bau yang sanag
menjijikan. Ketika ditanya siapakah dia? Makhluk itu menjawab,”Akulah amal
burukmu, dan aku akan menemani kamu sejak barzakh sampai mahsyar nanti.”
Diriwayatkan
ada sebuah kisah sufi yang menceritakan bahwa amal saleh dan buruk bisa
berwujud kelak di akhirat. Diceritakan bahwa Malik bin Dinar (seorang sufi)
pada mulanya adalah seorang ahli maksiat. Pekerjaanya setiap hari adalah
minum-minuman keras. Suatu saat ia ditanya oleh seseorang,”Apa yang menyebabkan
Anda kembali kepada jalan yang benar?” Malik bin Dinar menjawab,”Dahulu aku
mempunyai anak perempuan yang aku sayangi. Setiap hari pekerjaanku meminum
arak. Setiap saat aku hendak meminum arak, tangan anakku selalu menepiskannya
kepada tanganku; seolah-olah ia melarang aku untuk meminumnya. Sampai suatu
saat anakku meninggal dunia.
Aku
berduka luar biasa. Dalam keadaan duka aku tertidur dan bermimpi seakan-akan
aku berada di padang Mahsyar. Saat itu aku seperti berada di tengah-tengah
orang yang kebingungan. Dalam keadaan bingung aku melihat sosok seekor ular
yang sangat besar.
Ular itu
bergerak dan mengejarku. Aku lari untuk menghindari ular itu, di tengah jalan
aku berjumpa dengan seorang tua yang berwajah sangat jernih. Aku berhenti di
samping orang tua itu dan meminta kepadanya perlindungan. Orang tua itu jatuh
iba kepadaku.
Sambil
menangis ia berkata kepadaku,” Aku ingin menolong kamu tetapi aku terlalu
lemah.” Karena rasa takut yang mencekam segera aku pergi dari sisi orang tua
itu dan sampailah aku pada tepian neraka jahanam. Hampir saja aku loncat ke
dalamnya karena rasa takut yang memuncak. Tetapi saat itu aku mendengar
suara,”Tempat kamu bukan di sana.” Dalam keadaan lemah aku berlari mendekati
orang tua tadi untuk meminta pertolongannya lagi, ia menjawab,” Aku tak bisa
menolongmu karena aku terlalu lemah.
Berangkatlah
ke bukit Amanah, mungkin di sana ada titipan buatmu.” Aku berangkat menuju
tempat itu, di sana aku bertemu dengan seorang anak-anak kecil yang wajahnya
sangat indah. Tiba-tiba aku melihat anaku sendiri, ia mendekatiku dan memegang
tanganku seraya berkata,.”Inilah bapakku.” Lalu dengan tangannya yang lain dia
mengusir ular besar utu. Kemudian anak itu berkata,’Apakah belum datang kepada
orang beriman untuk takut kepada Allah.’ Aku bertanya kepadanya,’Apakah kamu
bisa membaca Al-Qur’an’ Anakku menjawab,’Pengetahuanku tentang Al-Qur’an di
sini lebih baik daripada pengetahuan bapak.’ Kemudian aku bertanya tentang
orang tua yang berwajah jernih, ia menjawab,’Dia adalah amal saleh yang setiap
hari bapak lakukan, karena amal saleh bapak sedikit, amal itu menjadi lemah dan
tidak sanggup membantu bapak.’ ‘Lalu siapakah ular itu?’ Anakku
menjawab,’Itulah maksiat yang setiap hari bapak perkuat tenaganya karena dosa
yang bapak lakukan.’ Sejak itu, kalau aku berbuat maksiat aku ingat bawa hal
itu akan memperkuat ular berbisa yang menakutkan itu. Dan setiap kali aku lelah
dalam beramal saleh, aku ingat hal itu akan memperkuat amal salehku.”
Cerita
Malik bin Dinar itu sesuai dengan hadis yang menunjukkan bahwa amal-amal kita
akan hadir di hadapan kita. Percayalah, kita akan di temani dua makhluk,
makhluk yang baik dan buruk; keduanya akan bertarung di alam barzakh. Kalau
makhluk yang baik itu menang, terusirlah makhluk yang jelek; maka kita di alam
barzakh itu akan ditemani makhluk yang baik. Sebaliknya, amal jelek pun bisa
mengusir amal baik yang perbnah kita lakukan.
Kita
semua percaya bahwa amal saleh yang kita lakukan jauh lebih sedikit daripada
amal salah yang sering kita lakukan. Oleh sebab itu, kita bisa menduga bahwa di
alam barzakh nanti yang paling banyak menemani kita adalah amal buruk kita.
Maka malang betul kita semua, kalau di alam barzakh itu kita hanya mengandalkan
amal saleh yang kita lakukan.
Oleh
karena itu, karena kasih-Nya kepada kita, Allah swt memberi wewenang kepada
Rasulullah saw untuk memberi syafaat kepada kita. Alangkah bahagianya kita di
alam barzakh nanti ketika makhluk yang menakutkan berjubal penuh mengelilingi
kita dan amal baik sudah terusir dari kita, lalu datanglah syafaat Rasulullah
saw dan makhluk jelek itu tersingkir dan kita hanya ditemani oleh amal saleh
kita sampai hari akhir. Tidak ada kebahagiaan yang paling besar selain
memperoleh syafaat Rasulullah saw. Lalu, kepada siapakah syafaat rasulullah itu
diberikan? Rasulullah bersabda dalam sebuah hadisnya,”Syafaatku aku khususkan
kepada dia yang mencintai keluargaku diantara umatku.” Mudah-mudahan kita
memperoleh syafaat rasulullah saw dengan wasilah kecintaan kita kepada keluarganya.
(Tarikh Bakdad al-Khatib Al-Baghdadi juz II).
Siapa
saja keluarga Nabi saw yang harus kita cintai? Azzamahsari meriwayatkan hadis
ketika membaca ayat,”Aku tidak meminta upah kecuali kecintaan kepada
keluargaku.”Ya Rasulullah siapa keluarga yang harus kita cintai itu?
Rasulullah bersabda,”Ali, fatimah, dan keduaa naknya.”
Orang
tua kita dahulu tahu bahwa kecintaan kepada Ali, Fatimah, dan kedua putranya
bisa memadamkan bencana; terutama bencana di alam kubur. Mereka juga percaya
bahwa hal itu bisa memadamkan bencana yang terjadi pada saat sekarang. Oleh
karena itu, kalau ada bala bencana di sebuah kampung, mereka sering membaca
syair:
Li
khamsatun utfi bihâ haral wabâ wal khâtimah
Al-Musthafâ
wal murtadhâ wabnahumâ wal Fâtimah
Aku
mempersembahkan yang lima kepada Allah
Untuk
memadamkan panasnya bencana yang mengerikan
Yaitu
Al-Musthafa (Rasulullahsaw), Al-Murtadha (Sayidina Ali),
Dan
kedua putranya (Hasan dan Husain) serta Fatimah.
Al-Fakhrurazi,
dalam kitabnya Mafâtihul al-Ghaib, menyebutkan,”Sudah teguhlah dalil
bahwa yang empat orang itu adalah keluarga Nabi saw. Dan apabila sudah teguh
dalil itu, sudah pastilah mereka yang dikhususkan untuk kita muliakan dengan
kemuliaan yang lebih dari manusia yang biasa. Tentang hal ini ada beberapa dalil.
Pertama, adalah mawaddah bil qurbâ. Kedua, tidak meragukan
lagi bahwa Nabi saw sanagat mencintai Fatimah. Rasul bersabda,”Fatimah adalah
belahan jiwaku, sebagian dari diriku, siapa yang menyakiti Fatimah, ia
menyakitiku.” Rasulullah juga mencintai Ali dan kedua cucunya ; Hasan dan
Husain. Karena sudah teguh keadaanya, wajiblah bagi umatnya untuk meniru
Rasulullah saw. Artinya, karena Rasulullah mencintai kereka , wajiblah kita
mencintai mereka ; Allah berfirman,” Katkanlah: Hai manusia sesunguhnya aku aku
adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit
dan bumi; tidak ada Tuhan selain Dia. Yang menghidupkan dan mematikan, maka
berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi beriman kepada Allah
dan kepada kalimat-kalimat-Nya. Dan ikutilah dia supaya kamu mendapat
petunjuk.”(QS. Al-Araf: 158 ) dalam ayat lain Allah menyebutkan,”Maka
hendaklah takut orang-orang yang menentang perintah Rasul.” (Hese TE
Kapanggih Di Muzam)
Ketiga, sesungguhnya khusus untuk
keluarga Nabi saw; dalam tasyahud, ketika salat, kita harus membaca shalawat
kepada Muhammad dan keluarganya. Hal ini merupakan suatu kehormatan yangtidak
diberikan selain kepada keluarga Nabi Muhammad saw. Semuanya itu, kata
Al-Fakhrurazi, menunjukkan bahwa kecintaan kepada Muhammad dan keluiarganya
adalah wajib.
Al-Fakhrurazi
mengutip ucapan Imam Syafi’i,” Jika Rafidhi itu mencintai keluarga Muhammad,
hendaklah jin dan manusia menyaksikan bahwa aku ini adalah Rafidhi.”
Hadis
tentang Buah Cinta Kepada Ahlul Bait Bentuk kecintaan kepada Nabi saw dan
keluarganya diantaranya diwujudkan dengan membaca shalawat kepadanya. Berikut
hadis tentang buah shalawat kepada Nabi saw dan keluarganya.
Seseorang
bertanya kepada Aba Abdillah as tentang firman Allah swt, Sesungguhnya Allah
dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya (Al-Ahzab
56). Aba Abdillah asa berkata,” Shalawat dari Allah swt kepada Nabi adalah
rahmat-Nya, dari malaikat adalah pensuciannya, dan dari manusia adalah doanya.”
Adapun
firman Allah swt wasallimû taslîmâ, yakni ucapkanlah salam kepadanya,
kemudian ia berkata kepadanya,”Bagaimana kami mengucapkan shalawat kepada Nabi
dan keluarganya?” Aba Abdillah berkata,” Katakanlah: ‘Shalawâtullâhi wa
shalawâtu malâ’ikatihî wa an biyâihî wa rasûlihî wa jamî’i khalqihî ’ala
muhammadin wa âli muhammad wasallamu ‘alaihi wa âlihim wa rahmatulâh wa
barakâtuh.’” Lalu ia berkata, Apa balasan orang yang membacakan shalawat kepada
Anabi saw?
“Dikeluarkan
dari dosa-dosanya, demi Allah sama seperti ketika ibunya melahirkan dia.”
Imam
Ja’far Ash-Shadiq berkata,”Barangsiapa membaca shalawat kepada Muhammad dan
keluarganya sepuluh kali, Allah akan mengirimkan rahmat dan para malaikat akan
mengucapkan doa kepadanya seratus kali.” Dalam Hadis lain Imam Ja’far
Ash-Shadiq berkata,” Barangsiapa membaca shalawat kepada Muhammad dan
keluarganya seratus kali, Allah akan kiirimkan kesejahteraan kepadanya, para
malaikat akan mendo’akannya seribu kali. Bukankah kamu mendengar perintah Allah
swt, ”Ialah Allah yang mengirimkan rahmat-Nya kepada kamu dan para
malaikat-Nya untuk mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya, dan dia
sangat penyayang kepada kaum mukmin.” (QS. Al-Ahzab: 43).
Masih
dari imam Ja’far as,”Semua data yang dibacakan orang untuk menyeru Allah swt
tertututp dari langit , sampai dia membaca shalawat kepada Muhammmad dan
keluarganya.” “Nanti pada hari kiamat, tidak ada yang lebih berat dalam
timbangan selain shalawat kepada Muhammad dan keluarganya.”
Imam Ali
Ridha as berkata, ”Barangsiapa yang tidak mampu menghapuskan seluruh dosanya,
perbanyaklah bacaan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya, karena itu akan
menghapuskan dosa.” “Orang yang paling dekat kedudukannya dengan Nabi saw pada
hari kiamat nanti adalah orang yang paling banyak membaca shalawat kepada
Muhammad dan keluarganya.”
Itulah
buah membaca shalawat. Shalawat adalah ungkapan kecintaan kita kepada
Rasulullah dan keluarganya. Kalau orang banyak membaca shalawat, insya Allah,
kecintaan kepada Rasulullah akan bertambah. Bagi seorang intelektual, hal ini
mungkin akan menimbulkan pertanyaan: Mengapa? Tapi, buat orang-orang bodoh, believing
is seeing. Shalawat itu membawa kecintaan kepada pada rasulullah. Mereka
tidak memikir-mikirkan lagi, kerinduannya bangkit di dalam shalawat-shalawat
itu dan terasa pada diri mereka. Tetapi bagi orang-orang intelektual tidak;
bagi mereka seeing is believing.
Dalam
teori komunikasi, ada teori yang disebut dengan mere exposure theory;
teori semata-mata terpaan saja. Suatu saat kepada mahasiswa diperlihatkan
beberapa transparansi foto. Ada beberapa foto yang sering tampak pada saat itu,
dan ada beberapa foto yang jarang tampak. Foto itu ada yang ditampakkan sepuluh
kali, delapan kali, dan lima kali. Setelah itu kepada mahasiswa diberikan
seluruh foto yang tadi diperlihatkan di layar. Ada hal yang menarik dalam
kejadiaan itu; mereka diperintah untuk memilih foto mana yang paling mereka
sukai. Ternyata mereka menyukai foto yang paling sering muncul.; bukan karena
apa-apa, hanya karena sering muncul saja, mere exposure. Hal ini bisa
dianalogikan, jika ada orang yang sering muncul dihadapan kita, lama-kelamaan
kita akan menyukai orang tersebut.
Dengan
seringnya kita membaca shalawat, kita selalu menghadirkan nama Rasulullah dalam
kehidupan sehari-hari. Karenanya akan tumbuh dengan sendirinya kecintaan kepada
orang-orang yang sering kita sebut. Dan hal ini termasuk juga ke dalam teknik
iklan atau propaganda. Agar orang itu suka akan sesuatu, lakukanlah iklan itu
berkali-kali (diulang-ulang). Sampai-sampai Hitler berkata, ”Kebohongan pun
akan dipercaya menjadi keimanan kalau kita mengulanginya terus menerus. Wehreit,
kebenaran itu adalah kebohongan dikalikan seribu.”
Kalau
kebohongan saja bisa menjadi kebenaran, apa lagi kata-kata suci seperti
shalawat yang sering kita bacakan. Shalawat, insya Allah akan
menumbuhkan kecintaan kepada Rasulullah saw. Lewat kecintaan itulah insya
Allah kita akan meniru perilaku orang yang kita cintai.
Kecintaan
kita kepada keluarga Rasulullah saw merupakan ungkapan cinta kepada Rasulullah
juga. Al-Zamakhsary dalam kitabnya Al-Kasyaf, menulis, ”Rasulullah saw
bersabda: ’Baransiapa yang mati dengan kecintaan kepada keluarga Muhammad, dia
mati syahid. Ketahuilah, barangsiapa yang mati dalam kecintaan kepada keluarga
Muhammad saw, dia mati dengan ampunan-Nya. Ketahuilah barangsiapa yang mati
dalam kecintaan kepada kelurga Nabi saw, dia mati sebagai orang mukmin yang
sempurna imannya.
Ketahuilah,
barangsiapa yang mati dengan membawa kecintaan kepada keluarga Nabi saw, dia
mati dalam keadaan Malaikat Maut akan menggembirakannya dengan surga, kemudian
Munkar dan Nankir akan menghiburnya. Ketahuilah, barangsiapa yang mati dengan
membawa kecintaan kepada keluarga Muhammad, dia akan diiringkan masuk ke surga
seperti diiringkannya pengantin ke rumah suaminya. Ketahuilah, barangsiapa yang
mati dengan membawa kecintaan kepada keluarga Muhammad saw, Allah akan bukakan
pintu surga pada kuburannya. Ketahuilah, barangsiapa yang mati dengan memabawa
kecintaan kepada keluarga Muhammad saw, Allah akan jadikan kuburannya tempat
berkunjung Malaikat Rahmah. Ketahuilah, barangsiapa yang mati dengan membawa
kecintaan kepada keluarga Muhammad, dia mati sebagai ahlu sunnah wal jama’ah.”
“Siapa
yang mati dalam kebencian kepada keluarga Muhammad saw, dia akan datang pada
hari kiamat dengan tulisan pada kedua matanya;’Inilah orang yang putus asa dari
rahmat Allah.’ “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar