oleh
_________________________
Pada
dasarnya setiap lembaga pendidikan memiliki tujuan dan cita-cita mulia yakni
mencerdaskan kehidupan anak bangsa dan menyiapkan generasi penerus yang
memiliki ilmu pengetahuan. Begitu juga halnya dengan pesantren, ia juga
memiliki tujuan dan cita-cita yang sama yakni mencerdaskan kehidupan anak
bangsa dan menyiapkan generasi penerus yang memiliki ilmu pengetahuan. Hanya saja, pesantren memiliki titik tekan yang lebih
terhadap pengetahuan keagamaan yaitu pengetahuan agama Islam. Namun yang
menjadi persoalan sekarang ini adalah munculnya fenomena komersialisasi dunia
pendidikan. Fenomena komersialisasi dunia pendidikan ini ditandai dengan
bermunculannya lembaga pendidikan yang lebih mengedepankan profit oriented.
Inilah yang menjadi keprihatinan kita bersama. Kita tidak sadar bahwa sekarang ini ada upaya kapitalisme
global yang tengah menyusup kedalam dunia pendidikan. Persoalan
tersebut harus benar-benar diantisipasi oleh lembaga pendidikan, khususnya
lembaga pendidikan yang berbasis nilai-nilai keislaman seperti pesantren.
Pesantren yang selama ini dikenal sebagai lembaga pendidikan Islam, yang cukup
teruji mampu menghadapi berbagai perkembangan zaman, harus benar-benar
menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan global tersebut. Upaya pesantren
dalam mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan global tersebut dapat
berwujud pada sistem, metode dan model pendidikan yang mampu untuk mencetak
lulusan yang siap menghadapi perkembangan zaman.
Dengan tujuan tidak ingin membanding-bandingkannya dengan
lembaga-lembaga lain, pesantren memiliki spesialisasi dan spesifikasi model
pembelajaran tersendiri dibandingkan dengan lembaga-lembaga pendidikan lain.
Sejalan dengan itu, sudah tentu juga pesantren memiliki kelebihan dan dan
kelemahan tersendiri. Salah satu kelebihan pesantren terletak pada basis
pembelajarannya yang berbasis nila-nilai keIslaman, sehingga pesantren diakui
sebagai penjaga moral umat dan pengawal kelestarian ajaran agama Islam. Dengan
kelebihan ini, pesantren dapat menjadi penerus dakwah Islamiyah demi
tersebarnya ajaran Islam kepada seluruh elemen bangsa. Namun begitu, memang
harus jujur dan harus kita akui bahwa pesantren masih memiliki beberapa
kelemahan, diantaranya pada sistem. Sistem tersebut terkait dengan manajemen,
pengasuh (kiai), tenaga pengajar, santri, kurikulum, model dan metode
pengajaran serta berbagai hal lainnya. Kelemahan sistem inilah yang selalu
dipertanyakan oleh berbagai kalangan, sehingga mengesankan pesantren sebagai
lembaga pendidikan yang tidak mampu merespon perkembangan zaman. Meski
demikian, kita juga harus berbangga karena sekarang sudah mulai bermunculan
pesantren yang menerapkan sistem modern dan mengaplikasikan kurikulum, metode
dan model pengajaran yang mampu merespon perkembangan dan kemajuan IPTEK.
Pemicu kelemahan dalam tubuh pesantren cukuplah kompleks.
Diantaranya adalah kebijakan politik pemerintah masa lalu yang sangat
mendiskreditkan pesantren dengan cara tidak pernah memberikan kebebasan untuk
berekspresi, berkreasi dan berinovasi dalam mengembangkan dirinya. Akibatnya,
pesantren pada akhirnya mengambil pola respon terhadap kondisi sosio-politik
dan sosio-kultural seperti itu dengan caranya sendiri, yakni dengan hanya
memfokuskan pada pola pengajaran yang mengutamakan pada penguasaan terhadap
ajaran-ajaran keagamaan. Ironisnya lagi, sampai dengan saat ini juga masih
terjadi pandangan miring terhadap pesantren. Pandangan miring ini dipiicu oleh
kebijakan politik global yang menganggap pesantren sebagai pencetak kaum
teroris dan kaum konservatif yang anti modernisasi dan anti kemajuan. Cara
mengatasinya tentu kembali kepada diri pesantren sendiri, apakah pesantren
mampu menjawab tantangan itu sendiri ataukah justru sebaliknya pesantren akan
kembali mengambil jalannya sendiri dan mengabaikan semua persoalan tersebut.
Sementara itu, perkembangan teknologi dan informasi
sebagai icon utama dari proses perkembangan peradaban baru yang kian
hari kian pesat dapatlah dianggap sebagai sebuah keniscayaan. Kita tidak bisa
menghindarinya, sebab perkembangan teknologi dan informasi yang menjadi icon
sebuah peradaban baru tersebut merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia.
Oleh karena itu, pesantren harus mampu merespon perkembangan tersebut.
Efek perkembangan teknologi dan informasi tersebut juga
dapat berimbas kepada pesantren. Diantara dampak positif kemajuan teknologi dan
informasi tersebut bagi pesantren adalah semakin mudahnya kalangan pesantren
untuk mengakses berbagai perkembangan dan kondisi diluar, sehingga pesantren
dengan cepat mampu merespon kondisi tersebut. Selain itu dengan adanya kemajuan
teknologi dan informasi, kalangan pesantren juga dapat semakin terbuka pola
pikirnya. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya kalangan pesantren yang
sudah berpikir modern dan berwawasan global. Dampak positif lainnya adalah
semakin terbukanya jaringan kerja sehingga pesantren mampu menjalin komunikasi
dan jaringan dengan berbagai pihak lain.
Sedangkan dampak negatif yang dapat ditimbulkannya adalah
semakin rusak dan hancurnya mental dan moral masyarakat. Hancurnya mental dan
moral masyarakat ini kemudian menuntut kejelian pesantren untuk mencari model
dan pola pembentengan masyarakat dari serangan budaya luar dan mencari model
dan pola baru penanaman nilai-nilai keislaman yang lebih efektif dan
konstruktif demi menangkal serangan tersebut.
Contoh kecil upaya pesantren yang lebih efektif dan
konstruktif dalam menangkal serangan-serangan tersebut adalah penyelenggaraan bahtsul
masail yang intensif oleh kalangan pesantren yang mencoba membahas berbagai
kemajuan dan berbagai persoalan kemasyarakatan yang membutuhkan jawaban hukum
yang bersandar pada ajaran agama. Belum lagi adanya upaya serius dari kalangan
pesantren untuk mengejar berbagai ketinggalan dalam bidang teknologi dan
informasi. Kita bisa lihat sekarang, kalangan pesantren sudah mengembangkan
dakwah Islamiyah melalui internet, televisi, radio, media cetak dan bahkan telepon selular. Upaya-upaya
ini cukup menjadi bukti bahwa pesantren cukup tanggap terhadap perkembangan
teknologi dan informasi tersebut. Penyebabnya adalah karena kesiapan pesantren
dalam menjawab tantangan kemajuan tersebut.
Bagaimanapun juga, dampak yang ditimbulkan oleh
perkembangan teknologi dan informasi tersebut telah memberikan pengaruh bagi
fungsi eksistensial pesantren sebagai basis pertahanan moral
umat. Pesantren semakin dihadapkan pada tanggung jawab dan beban yang
sangat berat melihat kondisi mentalitas dan moralitas umat yang semakin hancur.
Selain itu citra pesantren juga semakin berkurang di mata masyarakat, karena
pesantren dianggap kurang berfungsi maksimal dalam menghadapi dampak-dampak
kemajuan tersebut. Meskipun pada kenyataannya pesantren selalu mampu menghadapi
kondisi apapun. Contoh konkretnya adalah sekarang ini banyak kalangan
masyarakat yang sudah tidak melirik pesantren, mereka lebih memilih lembaga
pendidikan lain untuk menyekolahkan anaknya. Padahal dengan kelebihan-kelebihan
yang dimilikinya, pesantren masih tetap diakui sebagai lembaga pendidikan yang
mampu mengakomodir kondisi apapun yang dihadapi.
Dengan mengingat bahwa perkembangan sebuah peradaban itu
ditentukan oleh manusia sebagai faktor utamanya dan bukan semata-mata dilihat
dari produk-produk yang dihasilkan manusia, maka pesantren dapat memberikan
sumbangsihnya terutama dalam pembentukan manusia yang memiliki mentalitas dan
moralitas yang tinggi. Cita-cita mulia tersebut dapat diupayakan melalui
sistem, model dan pola pendidikan yang mengarah pada tujuan terciptanya
kualitas manusia yang bermoral dan bermental tinggi. Disamping upaya tersebut,
pesantren juga dapat berupaya menciptakan manusia yang menguasai IPTEK yang
tinggi. Hal ini terbukti dengan banyaknya pesantren yang sudah mulai memasukkan
kurikulum penguasaan IPTEK modern dalam proses pembelajaran bagi anak didiknya.
Melalui berbagai upaya inilah, pesantren hampir bisa dipastikan dapat
memberikan sumbangsih dan kontribusi yang berarti dalam sebuah peradaban.
Sejalan dengan tantangan-tantangan tersebut, kami
Jam’iyah Nahdlatul Ulama cabang Indramayu melalui lembaga Robithah Ma’hadil
Islamiyah (RMI) berupaya untuk mem-back-up pesantren dalam mengawal dan
merespon tantangan peradaban tersebut. Program utama dari lembaga Robithah
Ma’hadil Islamiyah (RMI) ini adalah mendorong dan meningkatkan kapasitas dan
kualitas pesantren yang ada di Indramayu dalam rangka mengawal dan merespon
tantangan peradaban tersebut. Disamping itu, program lain seperti membangun
jaringan komunikasi antar pesantren, pelatihan manajemen pesantren, halaqoh
pencarian metode dan model pendidikan di pesantren yang responsif terhadap
perkembangan zaman juga kita agendakan. Harapan besarnya adalah dengan Robithah
Ma’hadil Islamiyah berikut program-programnya ini, pesantren dapat
mempersiapkan diri dengan lebih matang untuk menjadi lembaga pendidikan yang
apresiatif serta akomodatif dalam menghadapi tantangan masa depannya.
REFERENSI
Din Syamsuddin, Agenda Perkembangan SDM
menghadapi tantangan Abad 21: Peran Generasi Muda Islam, makalah
disampaikan dalam peringatan kesyukuran 45 tahun Al-Amien Prenduan, 27 Desember
1996.
H. M. Irsjad Djaweli, Pembaruan Kembali
Pendidikan Islam, dalam Ali Nurdin dan Herman Fauzi (ed.), (Jakarta:
Yayasan Karsa Utama Mandiri dan Pengurus Besar Mathla’ul Anwar, 1998)
Jalaluddin Rahmat, Generasi Muda di
Tengah Arus Perkembangan Informasi, dalam Idy Subandi Ibrahiem (ed.), Ecstacy
Gaya Hidup, (Jakarta: Mizan, 1997).
Sutomo Djokosujoso, Aktualisasi
Pendidikan Islam dalam Era PJPT II, makalah disampaikan dalam seminar
sehari di TMI Al-Amien Prenduan, 25 Juli 1993.
joya shoes 671m6werrd111 joyaskodanmark,joyaskonorge,joyaskorstockholm,joyacipo,zapatosjoya,joyaschoenen,scarpejoya,chaussuresjoya,joyaschuhewien,joyaschuhedeutschland joya shoes 851a7yiohw192
BalasHapus