By : Muh Syafri Jaya
“Time is Money”
Saudaraku, pernah mendengar pepatah di atas. Yap,
pepatah itu adalah pepatah orang barat, mengatakan waktu adalah uang. Artinya
jika kita menyia-nyiakan waktu, sama saja menyia-nyiakan uang. Apakah itu
sepenuhnya benar? Iyya, sepenuhnya pepatah diatas adalah benar. Dari pepatah di
atas, kita dapat melihat, betapa orang-orang barat sangat menghargai waktu,
mereka menegaskan penggunaan waktu harus selalu dipergunakan dengan baik dan
bermanfaat.
Saya sendiri sangat kagum kepada orang barat, bukan
kagum pada wajah, putihnya, atau mungkin pada semua cara berpikirnya. Akan
tetapi kagum pada beberapa budayanya, saya kagum pada habit atau kebiasaan
mereka yang seharunya sudah ada dalam islam semenjak 14 abad yang lalu dan
sudah menjadi konsumsi kita sehari hari. Seperti militan, pekerja keras, budaya
membaca yang tinggi, budaya menuntut ilmu, budaya menulis dan perkembangan
zamannya. Itu seharunya ada pada kita, ISLAM.
Kembali lagi pada topik pembicaraan kita, apakah
saudara tahu bagaimana sekarang perkembangan ilmu pengetahuan pada negara yang
meyoritas penganut Yahudi, seperti Israel, Amerika Serikat dan sebagainya,
hebat bukan? Mereka ditakuti dan sangat disegani oleh banyak negara. Apakah
karena budaya mencari uangnya, sebenarnya bukan. Problema itu karena budaya
mereka akan ilmu, kebudayaan untuk lebih mengutamakan pengetahuanlah yang
membuat mereka seperti sekarang ini. Jika kita mengkaji lebih dalam, maka kita
akan menemukan bahwa merekalah yang paling banyak membaca buku dalam sehari,
merekalah yang lebih banyak menuntut ilmu di masa muda mereka, tidak seperti
kita yang selalu berpikir senangnya saja.
Tapi sudahlah, yang harus kita lakukan sekarang bukan
hanya duduk menyesal saja, tapi bagaimana kita lakukan sesuatu untuk lebih
baiknya. Maka hal itu adalah belajar lebih giat, tidak memandang umur, status
sosial, gender dan posisi kita berpijat sekarang. Tetaplah belajar hal-hal baru
apapun itu yang penting bermanfaat, karena suatu waktu akan kita butuhkan.
Carilah hal-hal baru.
Saudaraku, berbicara tentang belajar. Maka terkadang
pikiran kita terlalu dangkal dalam mengartikannya, seperti hanya duduk to’ di
dalam kelas mendengarkan ocehan guru kelas, lalu bagaimanakah mereka yang tidak
sekolah, apakah tidak bisa belajar? Tidak saudaraku, belajar bisa di mana saja
dan kapan saja, tergantung pada niat kita. Contohnya seperti, kita sedang duduk
santai melihat manusia kota berlalu lalang tanpa henti, sebenarnya kita bisa
belajar dengan mengamati mereka, bagaimana budaya mereka, kehidupan mereka,
kesibukan mereka dan sebagainya lalu menuangkannya ke dalam tulisan. Dan itu
tidak akan kita dapatkan jika kita hanya berada dalam kelas selamanya, karena semuanya
butuh praktek dan bukan hanya teori saja.
Lalu apakah hubungan semua hal di atas dengan
pembahasan yang sedang kita coba untuk kaji. Yaitu “Belajar dari meniru dan improvisasi”. Improvisasi sebenarnya
adalah istilah dalam seni musik yang artinya mengubah suatu karya cipta tanpa
mengubah bentuk asli dan keindahannya, akan tetapi dalam kehidupan sehari hari
improvisasi bergeser makna menjadi pengembangan
atau mutu arah lebih baik.
Saudaraku, seperti yang saya katakan tadi bahwa
belajar bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun. Itulah mengapa kita bisa
belajar dengan cara meniru dan improvisasi. Setiap manusia bisa belajar apapun
hanya dengan dimulai dari hal meniru karya yang sudah ada, contohnya belajar
menjadi seorang penulis, kita bisa belajar hanya dimulai dari meniru karya
orang lain, bukan berarti kita mencopy seluruh isinya lalu mengaku bahwa itu
adalah tulisan kita, bukan seperti itu yang saya maksudkan. Akan tetapi
bagaimana kita mengamati, mengkaji karya tersebut, memperhatikan bagaimana
susunan dan karya itu dibuat sepenuhnya. Sehingga kita sudah belajar satu hal,
bagaimana suatu karya itu dibuat, maka kita hanya perlu melakukan improvisasi
atau pengembangan. Bukan pada karya yang saya maksud, akan tetapi pada
pemahaman kita tentang apa yang sudah kita pelajari dengan cara mencoba
mengembangkan karya kita sendiri setelah belajar meniru.
Dan itu bukan hanya berlaku pada menulis saja, kita
bahkan bisa lakukan hal tersebut pada hal membangun, merancang dan mendesain,
banyak arsitek dan seniman besar dengan karya-karya besarnya di dunia ini
sebenarnya lahir dari belajar meniru, lalu mengembangkan. Mereka terkadang
belajar dengan memperhatikan karya yang sudah ada kemudian belajar membuat
desainnya sendiri.
Seperti bangunan piramid kaca terbalik yang ada di
Amerika sebenarnya terinspirasi dari piramid di mesir, itulah apa yang kita
maksud dengan belajar dari meniru dan improvisasi, bagaimana mengubah suatu
karya seni tanpa mengubah bentuk asli dan keindahannya.
So, kenapa tidak kita coba pada karya kita sendiri.
Sampai saat ini pun, saya sendiri telah belajar menulis novel dengan cara ini,
walau belum ada yang terbit, tapi terbukti belajar meniru dan improvisasi dari
banyak novelis terkenal dengan karya-karyanya seperti Andre Hirata, Tere Liye,
Habiburrahman dan lainnya banyak memberikan saya pengetahuan akan bidang ini,
dan saya pun mampu mencoba membuat karya cipta saya sendiri.
Saudara, Ayo kita lakukan. Tidak ada lagi waktu yang
kita miliki sekarang ini hanya untuk duduk termenung, pembangunan dan kemajuan
peradaban kita sudah jauh tertinggal oleh negara lain, ayo kita belajar lebih
baik, untuk semua pembaikan peradaban manusiadi Indonesia tercinta. Amin
Ya Rabbal Alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar