Oleh:
zainuddin (zen + al-haq + tuhan)
Refleksi
HATI
Surga itu
bukanlah puncak pencapaian dari orang yang berbuat baik. Manusia itu lebih
tinggi derajatnya dari apapun karena ahsanu taqwim master piz-nya allah
itu manusia. Jadi tidak mungkin manusia mengejar-ngejar sesuatu yang sebenarnya
tidak lebih tinggi derajatnya dari manusia. Jadi manusia ini adalah masih
dianggap mahluk tuhan yang rajin beribadah suka umroh apalagi yang koruptor dan
korupsi. Maskipun tidak dibalik "sangat sukar menemukan koruptor yang
tidak naik haji". Jadi orang yang akan masuk surga pertama adalah orang
yang suka rajin beribadah, tapi itu surganya dikelas ekonomi rendah. Tapi kalau anda ingin berada dikelas yang
lebih tinggi anda harus selalu rajin dan selalu siap melakukan apa saja baik
dalam bentuk beribadah atau pun bekerja harus senantiasa mencari ilmu maka anda
akan mendapatkan derajat yang tinggi (surga) jadi selalu mencari ilmu, selalu
menganalisis, selalu memaknai selalu meneliti, dan selalu memiliki tradisi
menemukan makna nilai disetiap benda,disetiap apa saja yang anda temukan,
disetiap yang anda liahat dan disetiap apa yang dilakukan. Tapi jika anda ingin
yang lebih tinggi lagi anda tidak hanya beribadah, bukan hanya mencari ilmu,
tapi anda juga harus menjdi pekerja keras. Barang siapa melakukan pekerjaan yang baik
dengan lebih keras Famai yakmal amalan shalihan maka dia bukan hanya mendapatkan surga. kerna
surga kecil baginya, dia mendapatkan tempat tersendiri dimana dia hidup bersama
allah dan dibukakan wajahnya allah. Nah bangsa kita ini baru bangsa tingkat
pertama yang rajin beribadah yang bikin senitron yang direjili-rejilikan. Soal
tingkat kedua ilmu kita masih sangat rendah kalao sudah bicara di kenduri cinta
karena ngomong liberalisme katanya kita ini kaum pluralis libralis, tapi kalau
baca solawat kita ini di anggap islam exklusiv, jadi maksudnya ilmu kita ini yang masih lineir cara berpikirnya di tengah 4
cara berpikirnya linier,siksak, spiral dan sirkular atau siklikal atau kafah
dalam islam. Saya itu bukan liberal tapi saya ini radikalis dibidang saya harus
radikal. Ya kalau sunnatan ya radikal masak liberal. Masak orang sunnaatan
bebas dipotong mana saja ditengah kan gak mungkin. Makanya kita jangan ikut-ikutan
pikiran siapa siapa, kita ikuti aja pikiran kita yang orsinel saja. Kita itu
harus berpikir nalar dan lebih maju. Jangan ikut-ikutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar