Jumat, 30 Januari 2015

SURGA = MAHLUK


Oleh: zainuddin (zen + al-haq + tuhan)
Refleksi HATI

Surga itu bukanlah puncak pencapaian dari orang yang berbuat baik. Manusia itu lebih tinggi derajatnya dari apapun karena ahsanu taqwim master piz-nya allah itu manusia. Jadi tidak mungkin manusia mengejar-ngejar sesuatu yang sebenarnya tidak lebih tinggi derajatnya dari manusia. Jadi manusia ini adalah masih dianggap mahluk tuhan yang rajin beribadah suka umroh apalagi yang koruptor dan korupsi. Maskipun tidak dibalik "sangat sukar menemukan koruptor yang tidak naik haji". Jadi orang yang akan masuk surga pertama adalah orang yang suka rajin beribadah, tapi itu surganya dikelas ekonomi rendah. Tapi kalau anda ingin berada dikelas yang lebih tinggi anda harus selalu rajin dan selalu siap melakukan apa saja baik dalam bentuk beribadah atau pun bekerja harus senantiasa mencari ilmu maka anda akan mendapatkan derajat yang tinggi (surga) jadi selalu mencari ilmu, selalu menganalisis, selalu memaknai selalu meneliti, dan selalu memiliki tradisi menemukan makna nilai disetiap benda,disetiap apa saja yang anda temukan, disetiap yang anda liahat dan disetiap apa yang dilakukan. Tapi jika anda ingin yang lebih tinggi lagi anda tidak hanya beribadah, bukan hanya mencari ilmu, tapi anda juga harus menjdi pekerja keras.  Barang siapa melakukan pekerjaan yang baik dengan lebih keras Famai yakmal amalan shalihan  maka dia bukan hanya mendapatkan surga. kerna surga kecil baginya, dia mendapatkan tempat tersendiri dimana dia hidup bersama allah dan dibukakan wajahnya allah. Nah bangsa kita ini baru bangsa tingkat pertama yang rajin beribadah yang bikin senitron yang direjili-rejilikan. Soal tingkat kedua ilmu kita masih sangat rendah kalao sudah bicara di kenduri cinta karena ngomong liberalisme katanya kita ini kaum pluralis libralis, tapi kalau baca solawat kita ini di anggap islam exklusiv, jadi maksudnya ilmu kita ini  yang masih lineir cara berpikirnya di tengah 4 cara berpikirnya linier,siksak, spiral dan sirkular atau siklikal atau kafah dalam islam. Saya itu bukan liberal tapi saya ini radikalis dibidang saya harus radikal. Ya kalau sunnatan ya radikal masak liberal. Masak orang sunnaatan bebas dipotong mana saja ditengah kan gak mungkin. Makanya kita jangan ikut-ikutan pikiran siapa siapa, kita ikuti aja pikiran kita yang orsinel saja. Kita itu harus berpikir nalar dan lebih maju. Jangan ikut-ikutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar