Selasa, 27 Januari 2015

Bahagia Itu Dari Diri Sendiri_Syafri


By : Muh Syafri Jaya
Sahabat sekalian, berbicara tentang kata ‘bahagia’ atau ‘kebahagian’, saya sendiri sebagai penulis ingin membagi dua makna kata ‘bahagia’. Yaitu bahagia ‘Lahiria’ dan bahagia ‘banitinia’. Artinya bahagia secara lahir/fisik dan bahagia secara batin/jiwa.
Tidak jarang dan sudah tidak asing lagi di telinga kita jika bebicara tentang harta, tahta dan wanita jika dikaitkan dengan kebahagian. Tapi apakah sebenarnya kebahagian itu bisa didapatkan dari itu semua. Jawabannya tidak sama sekali, kebahagian tidaklah cukup dimunculkan dari semua benda, materi dan kemegahan dunia, walau terkadang kita bisa mengerti dan memunculkannya dari semua itu.  “Lalu, apakah hal ini berarti orang yang tidak memiliki apa-apa sama sekali kecuali hidup dan dirinya sendiri, ia tidak bahagia?”  Sekali lagi saya pertegas saudaraku. Tidak sama sekali, karena kebahagian itu bukan berasal dari luar diri kita, akan tetapi dari diri kita masing masing, apakah kita mampu memunculkannya atau tidak, itulah dua kunci kebahagian.
Berapa banyak orang-orang disekitar kita atau mungkin diri kita sendiri yang penuh dengan materi atau harta tapi tidak merasakan bahagia, tidak merasa tentram dalam hidup, kemanapun selalu terasa terbebani dan merasa berat. Hal itu sebenarnya karena kita kurang bahagia.
Sahabat sekalian, menarik sekali alkisah sebuah cerita yang berkisahkan tentang seorang raja dengan seorang rakyat miskin. Sang raja penuh akan kekuasaan, tahta, banyak istri yang cantik dan dayang-dayangnya yang setiap saat selalu ada di dekatnya, tapi tidak merasa bahagia dan tidak pernah merasa cukup. Berbeda dengan si laki-laki tua miskin, yang tidak memiliki apapun kecuali gubuk kecil dan sudah hampir rubuh, dan setiap hari ia selalu menangis. Karena penasaran yang sangat amat oleh raja ingin mengetahui mengapa si laki-laki tua miskin itu setiap hari menangis? Apa jawaban laki-laki itu, hamba bukan menangis karena sedih tuan, hamba menangis karena terharu dan sangat merasa bahagai atas apa yang masih terus dilimpahkan Allah SWT padaku, walau hamba tak memiliki apapun, tapi hamba masih bisa terus bersyukur dan terus bersujud memuja-Nya.
Sahabat sekian, apa hikmah yang bisa kita dapatkan dari cerita singkat di atas? Apakah dengan harta yang sangat banyak sekalipun cukup untuk kebahagian. Sungguh tudak akan pernah cukup, karena itu hanya memenuhi kebahagian lahiriah, kabahagian akan materi dan benda. Namun tidak akan pernah bisa untuk memenuhi kebahagian jiwa.
Lalu bagaimana cara kita untuk memenuhi kebahagian batiniah. Maka jawabannya berasal dari diri kita sendiri. Apakah kita bisa merasa bersyukur, merasa cukup akan nikamt yang diberikan Allah SWT kepada kita, maka kita akan memperoleh kebahagian jiwa. Dan apabila kita bisa memperoleh kebahagian jiwa, maka kebahagian lahiriah akan ikut terpenuhi. Maka sekarang, semuanya berasal dari diri kita masing masing, apakah kita ingin hidup bahagia atau hidup merasa tidak cukup. Semua ada pada diri kita masing masing.
Maka sahabat sekalian, mulai dari sekarang ayo kita tumbuhkan rasa syukur kita, ayo kita perbanyak sujud kita, ayo kita tingkatkan kualitas ibadah kita, agar kita bisa memperoleh kebahagian dunia maupun akhirat. Amin Ya Rabbal Alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar