By : Muh Syafri Jaya
Sahabat sekalian, berbicara tentang kata ‘bahagia’
atau ‘kebahagian’, saya sendiri sebagai penulis ingin membagi dua makna kata
‘bahagia’. Yaitu bahagia ‘Lahiria’ dan bahagia ‘banitinia’. Artinya bahagia secara
lahir/fisik dan bahagia secara batin/jiwa.
Tidak jarang dan sudah tidak asing lagi di telinga
kita jika bebicara tentang harta, tahta dan wanita jika dikaitkan dengan
kebahagian. Tapi apakah sebenarnya kebahagian itu bisa didapatkan dari itu
semua. Jawabannya tidak sama sekali, kebahagian tidaklah cukup dimunculkan dari
semua benda, materi dan kemegahan dunia, walau terkadang kita bisa mengerti dan
memunculkannya dari semua itu. “Lalu,
apakah hal ini berarti orang yang tidak memiliki apa-apa sama sekali kecuali
hidup dan dirinya sendiri, ia tidak bahagia?” Sekali lagi saya pertegas saudaraku. Tidak
sama sekali, karena kebahagian itu bukan berasal dari luar diri kita, akan
tetapi dari diri kita masing masing, apakah kita mampu memunculkannya atau tidak,
itulah dua kunci kebahagian.
Berapa banyak orang-orang disekitar kita atau
mungkin diri kita sendiri yang penuh dengan materi atau harta tapi tidak
merasakan bahagia, tidak merasa tentram dalam hidup, kemanapun selalu terasa
terbebani dan merasa berat. Hal itu
sebenarnya karena kita kurang bahagia.
Sahabat sekalian, menarik sekali alkisah sebuah
cerita yang berkisahkan tentang seorang raja dengan seorang rakyat miskin. Sang
raja penuh akan kekuasaan, tahta, banyak istri yang cantik dan dayang-dayangnya
yang setiap saat selalu ada di dekatnya, tapi tidak merasa bahagia dan tidak
pernah merasa cukup. Berbeda dengan si laki-laki tua miskin, yang tidak
memiliki apapun kecuali gubuk kecil dan sudah hampir rubuh, dan setiap hari ia
selalu menangis. Karena penasaran yang sangat amat oleh raja ingin mengetahui
mengapa si laki-laki tua miskin itu setiap hari menangis? Apa jawaban laki-laki
itu, hamba bukan menangis karena sedih tuan, hamba menangis karena terharu dan
sangat merasa bahagai atas apa yang masih terus dilimpahkan Allah SWT padaku,
walau hamba tak memiliki apapun, tapi hamba masih bisa terus bersyukur dan
terus bersujud memuja-Nya.
Sahabat sekian, apa hikmah yang bisa kita dapatkan
dari cerita singkat di atas? Apakah dengan harta yang sangat banyak sekalipun
cukup untuk kebahagian. Sungguh tudak akan pernah cukup, karena itu hanya
memenuhi kebahagian lahiriah, kabahagian akan materi dan benda. Namun tidak
akan pernah bisa untuk memenuhi kebahagian jiwa.
Lalu bagaimana cara kita untuk memenuhi kebahagian batiniah.
Maka jawabannya berasal dari diri kita sendiri. Apakah kita bisa merasa
bersyukur, merasa cukup akan nikamt yang diberikan Allah SWT kepada kita, maka
kita akan memperoleh kebahagian jiwa. Dan apabila kita bisa memperoleh
kebahagian jiwa, maka kebahagian lahiriah akan ikut terpenuhi. Maka sekarang,
semuanya berasal dari diri kita masing masing, apakah kita ingin hidup bahagia
atau hidup merasa tidak cukup. Semua ada pada diri kita masing masing.
Maka sahabat sekalian, mulai dari sekarang ayo kita tumbuhkan
rasa syukur kita, ayo kita perbanyak sujud kita, ayo kita tingkatkan kualitas
ibadah kita, agar kita bisa memperoleh kebahagian dunia maupun akhirat. Amin
Ya Rabbal Alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar