Oleh Jindrich Zeleny
Teori Marxian tentang struktur ontologikal dari realitas
dan dasar logikal dari pikiran ilmiah dikarakterisasi dengan, antara lain,
pemecahan masalah saling-ketergantungan antara hubungan-hubungan dan
sifat-sifat.
Hubungan-hubungan yang kita jumpai dalam analisis ilmiah
Ricardo secara logikal dapat dibagi dalam tiga kelompok:
- Hubungan-hubungan pada tingkat penampilan, teristimewa hubungan-hubungan kuantitatif khusus. Dalam bab terdahulu telah kita teliti konsepsi-konsepsi Ricardo dan Marx mengenai hubungan-hubungan kuantitatif dan telah sampai pada kesimpulan, bahwa bentuk-bentuk pikiran yang dipakai oleh Ricardo dan Marx di bidang itu, pada hakekatnya adalah sama. Di sini kita berurusan dengan kategori hubungan yang diambil dari karya perintisan dari Leibniz dan telah mengalami suatu kemajuan besar dalam logika matematikal pasca-Marxian. Kemajuan pesat disiplin itu pada abad ke duapuluh pasti akan dipercepat lagi, karena pikiran dan praxis Marxis, didorong oleh keperluan akan otomatisasi dalam produksi dan akan pengarahan secara sadar bagi masyarakat dan proses-proses sosial, makin menjadikan pentingnya logika matematikal bagi pelayanan teknologi, perencanaan, pendidikan dsb.
- Hubungan-hubungan substansial. Ricardo sangat sedikit perhatiannya pada hubungan-hubungan substansial ini, sedangkan Marx justru sangat besar perhatiannya. Ini disebabkan karena di dalam kenyataannya, Marx dan Ricardo memahami hal esensi itu secara berbeda. Jika bagi Ricardo esensi itu sesuatu yang secara kualitatif sudah terpancang dan tidak-dapat-dibeda-bedakan, maka Marx melihat dan meneliti perubahan esensi itu; Marx memahaminya sebagai sesuatu yang secara historikal dapat berubah, yang terjadi melalui berbagai tingkat perkembangan dan perubahan- perubahan kualitatif. Marx memahami esensi itu sebagai suatu proses kontradiktif, yang mempunyai tahap-tahap perkembangan dan berbagai derajat kedalaman. Mengenai pengetahuan ilmiah, Marx mengutamakan penemuan hukum-hukum yang menyangkut perubahan-perubahan substansial.
- Hubungan-hubungan antara esensi dan tingkat penampilan. Dengan Ricardo, hubungan-hubungan ini segera diabstraksikan, yang disebut abstraksi-abstraksi formal (Marx); dengan Marx analisis penampilan dan esensi adalah suatu aspek dari analisis struktural-genetik.1)
Tugas kita sekarang yalah meneliti apa yang diartikan hubungan kategori dalam karya Marx, maka
baiklah kita merujuk secara kritikal pada analisis yang dikembangkan oleh L.A.
Mankovsky.2)
Mankovsky memulai dengan suatu kritik mengenai logika
hubungan- hubungan, sebagaimana yang ditafsirkan oleh kaum positivis. Mankovsky
menunjuk pada kenyataan, bahwa dari suatu posisi positivis serupa, tokoh
liberal Russia,
P.Struve, telah mencoba menyalah-artikan teori Marxian tentang nilai. Struve
mengemukakan, bnahwa hubungan-hubungan harga yang ditentukan secara empirikal
adalah kenyataan ekonomik yang eksklusif dan pasti dalam pertukaran
barang-barang dagangan. Karenanya, Struve menamakan konsepsi (termasuk konsepsi
Marx) mengenai harga sebagai suatu bentuk fenomenal dari substansi-nilai, suatu
konsepsi mekanis-naturalis, suatu
konsepsi metafisikal. Struktur logikal
dari pandangan Marxian itu sudah ketinggalan zaman, kata Struve, karena
berlandaskan pada suatu pengertian Aristotelian mengenai struktur S-P
(subjek-predikat) dari proposisi itu.
Dalam perjalanan kritiknya terhadap konsepsi positivis,
non- substansialis mengenai hubungan
kategori, Mankovsky menunjuk pada pernyataan terkenal dari Marx, bahwa sifat-sifat sesuatu benda tidaklah lahir dari hubungannya
pada benda-benda lain, tetapi sebaliknya, mereka itu hanya diaktifkan oleh
hubungan-hubungan seperti itu.3) Pada ini,
Mankovsky menambahkan observasi umum berikut ini:
(Bagian karangan) itu
ditujukan terhadap para ekonom vulgar, yang secara spontan mengambil pendirian
positivisme, lama sebelum logika hubungan-hubungan diselesaikan sebagai suatu
teori istimewa dalam logika. Pandangan Marxian secara singkat dan tepat
menjelaskan perbedaan pokok antara logika materialisme dan logika positivisme,
di antara logika substansialis dan logika relativis. Aliran positivis kearah logika hubungan-hubungan mendapatkan
ungkapannya dalam pandangan mereka mengenai struktur logikal dari semua
proposisi yang dianggap fondamental: Mereka menyarankan sebagai ganti perumusan
klasik atas proposisi S adalah P
perumusan mereka sendiri aRb, yang
telah menjadi suatu landasan logika dialektikal, berarti bahwa pemahaman
terutama ditujukan pada objek yang
dinyatakan oleh istilah S (subjek dari proposisi itu); P (predikat dari
proposisi itu) menyatakan sifat-sifat khusus dari objek itu.4)
Dalam aspek logikalnya, pikiran Marxian mempunyai suatu
orientasi atributif-substansial dan disusun menurut perumusan S adalah P.5)
Manovsky benar sekali ketika menyatakan bahwa pandangan
Marx mengenai segi utama sifat, berlawanan dengan hubungan, mengacu pada
pengerdilan pikiran ilmiah oleh kaum positivis. Namun harus disangsikan apakah
observasi umumnya benar, dengan mengatakan bahwa komentar-komentar Marx secara
singkat dan tepat telah mengungkapkan antitesis dasar antara logika
materialisme dan logika positivisme, antara logika substansialis dan logika
relativis.
Ini berarti bahwa suatu pertanyaan penting belum dipecahkan
dalam karya Marx, yaitu, perbedaan antara logika materialis substansial yang
karakteristik Ricardo, misalnya, dan logika materialis substansialis dari Marx. Dengan Ricardo, logika materialis
substansialis sejak semula ditentukan oleh konsepsinya mengenai esensi yang
tidak-berubah-ubah (fixed), sedangkan Marx berangkat dari esensi yang
tak-berubah-ubah kepada esensi dialektikal yang tidak-tetap membawakan suatu
konsepsi baru mengenai logika materialis substansialis: dalam karya ilmiah Marx
digunakanlah logika materialis--sit venia verbo--
relativis-substansialis. Tetapi itu dibangsun sedemikian rupa sehingga tidak
mempunyai kesamaan apapun dengan suatu relativisme yang menyangkal kemungkinan
pemahaman realitas objektif secara tepat. Ini lebih merupakan suatu perkiraan
akan pengetahuan objektif, setelah keruntuhan konsepsi-konsepsi
anti-dialektikal mengenai struktur ontologikal dari realitas.
Ketika Manovsky berkeras mengatakan6) bahwa Marx
mempertentangkan perumusan S adalah P dengan perumusan aRb, haruslah dinyatakan keberatan bahwa
dipertentangkannya secara sederhana struktur- hubungan dan struktur predikat,
tidaklah menyatakan konsepsi Marxian. Marx menolak direduksikannya nilai-tukar
menjadi suatu hubungan kuantitatif; Marx menangkap dan menjelaskan hubungan
kuantitatif dengan sifatnya yang lebih dalam, yaitu menjadi
nilai itu sendiri. Tetapi sifat itu sendiri (menjadi nilai) yang menentukan hubungan
kuantitatif dan--dalam keadaan-keadaan sekarang, di mana produksi barang
dagangan adalah dominan--semua hubungan pertukaran yang ada, lahir pada suatu
tahap tertentu dari masyarakat manusia dalam keadaan-keadaan tertentu pula. Ia
merupakan suatu hubungan tertentu di
antara manusia dan kerja mereka, dan ia diciptakan
oleh suatu hubungan; sesuatu yang material adalah pembawanya.
Jika kita harus memakai simbol-simbol, kita tidak dapat
mengatakan bahwa Marx mempertentangkan perumusan S
adalah P dengan perumusan aRb,
melainkan, bahwa seluruh persoalannya harus dijelaskan dengan suatu cara yang
lebih fondamental.
Marx memulai dari permukaan empirikal dan sepakat sejak
semula bahwa nilai-tukar mula-mula muncul sebagai suatu hubungan kuantitatif (dijumpai dalam dunia penampilan empirikal),
maka itu aRb.
Marx membenarkan perumusan aRb.
Namun ia tidak berhenti hingga di situ, melainkan menjelaskan bahwa reduksi
nilai-tukar menjadi sesuatu yang semurninya relatif dan bahwa dalam arti itu
hubungan kuantitatif akanlah tidak benar adanya. Ia menganjurkan: Mari kita meneliti masalahnya lebih jauh.7)
Hasil peneletian lebih jauh itu adalah kejelasan akan
adanya suatu relativitas rangkap:
suatu relativitas eksternal dan suatu relativitas substansial. Yang relatif
dalam substansinya dapat muncul terhadap relativitas eksternal sebagai sesuatu
yang multak dan non-relatif, namun hanya dalam batas-batas tertentu dan dalam
perkiraan-perkiraan abstrak tertentu. Dalam arti itulah Marx kadang-kadang
berbicara tentang nilai mutlak,
berlawanan dengan bentuk-bentuk-nilai
yang ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif, sebagai pernyataan, bentuk
penampilan dari nilai mutlak. Nilai itu, yang kadang-kadang muncul
pada Marx sebagai nilai mutlak
berlawanan dengan bentuk-nilai, adalah relatif
(relatif secaran substansi) - (a) dalam arti sifat relatif historikal dari
substansi-nilai8) dan (b) dalam arti bahwa ia diciptakan oleh hubungan kerja manusia
individual dengan jumlah kerja seluruhnya yang diperlukan secara sosial.9) Relativitas
nilai bersifat kontradiktori. Seperti dalam kasus-kasus serupa yang kita lihat
dalam Logic Hegel, suatu pemahaman
tentang substansi sebagai hubungan memberi jalan pada pemahaman sifat
kontradiktorinya.
Struktur substansial-atributif yang tradisional dari
pikiran ilmiah sebagai yang dikonseptualisasi dalam filsafat Kecerahan, misalnya dalam metafisika Descartes,
Locke atau dalam filsafat Jerman pra-Kantian, telah direvolusionerkan oleh Marx
ketika ia merelatifkannya berdasarkan tafsiran dialektikalnya mengenai
realitas. Dalam hal itu, yang menjadi perhatian kita di sini sehubungan dengan
masalah yang dikemukakan Manovsky mengenai perbedaan antara logika substansial
dan logika relativis10), ingin kukutib struktur substiansial-atributiv Descartes, misalnya
pada paragraf 51 dan paragraf-paragraf berikutnya dalam bagian pertama Principles of Philosophy demi untuk kejelasannya.
Descartes memahami substansi sebagai sesuatu yang berada sedemikian rupa hingga
tidak memerlukan apapun juga untuk keberadaannya itu. Masing-masing dari dua
substansi, yang spiritual dan yang fisikal, memiliki atribut tetapnya yang
khas, yang membentuk esensinya dan adalah dasar dari semua sifat lainnya (Paragraf
53). Pemuaian adalah suatu sifat dari substansi fisikal; pikiran adalah suatu
sifat dari substansi spiritual. Semua modi,
qualitates, differentiae
lahir dari dasar itu, dan tentu saja tunduk pada hukum-hukum umum alam, yang
pertamanya berbunyi:
Setiap
realitas, sejauh ia bersifat sederhana dan tidak terbagi, selalu berada dalam
keadaan sama sejauh-jauh hal itu mungkin, dan tidak pernah berubah kecuali
lewat sebab-sebab eksternal11)
Locke12) bersikap skeptikal terhadap konsep
substansi: itu sebuah konsep yang kecil kegunaannya, bahkan kabur. Mengenai
substansi kita hanya dapat memperoleh suatu konsepsi yang samar-samar,
membingungkan. Jika kita memperhatikan cara Locke melakukan penelitian yang
sesungguhnya mengenai penampilan-penampilan real, maka kita melihat bahwa
sesuai reservasi gnoseologikalnya mengenai kejelasan substansi dan kritik
empirisisnya mengenai rasionalisme idealis pada Descartes, maka Locke memahami
penampilan- penampilan real dan sifat-sifatnya itu secara sama seperti
Descartes. Jika Descartes memberikan tekanan lebih besar atas pemahaman
matematikalnya, Locke menekankan pemahaman indrawi, empirikal. Namun suatu
konsepsi yang sama mengenai struktur ontologikal dari realitas merupakan dasar
dari kedua prosedur itu. Dengan prosedur Locke, maka aparatus kategorial
beroperasi dengan perkiraan-perkiraan indrawi (sensori), dan dengan prosedur
Descartes, abstraksi azas-azas yang tegar yang terbukti secara rasional,
diberikan secara geometrikal. Perbedaan ini--yang sangat jelas dan bukannya
tanpa arti penting dalam sejarah pemikiran burjuis-- tidak dapat menyembunyikan
kenyataan, bahwa kita secara hakiki masih berurusan dengan konsepsi-konsepsi
yang berkaitan. Wolff, yang mendapat reaksi sangat kuat dari filsafat Jerman,
secara eksak merumuskan perpisahan dualistik dan kaku yang konstan dari yang
variabel, sifat-sifat yang mutlak dari yang relatif. Dalam Logic kita membaca pada paragraf 60: Jika kita
perhatikan atas apa benda-benda terdiri, maka yang pertama kita temukan adalah
konstan-konstan, yang terdapat di situ manakala jenis-jenis (species) tidak
berubah; juga, perubahan-perubahan yang terjadi, sekalipun jenis-jenis tidak
berubah. Paragraf 61: Jika ada konstan-konstan mempunyai hubungan dengan
suatu kesatuan (entity), maka ini dapat dinyatakan secara mutlak, dan proposisi
sebaliknya pun begitu. Paragraf 62: Jika sesuatu itu dapat
berubah, maka ini hanya dapat terjadi dalam kondisi-kondisi tertentu, dan
proposisi sebaliknya pun begitu. Konsepsi Wollf tentang hubungan sebagai sesuatu yang cuma bersifat
eksternal, yang difahami atas dasar esensi tertentu dan kesatuan-kesatuan yang
terisolasi yang berlawanan satu sama lain, ditunjukkan, misalnya dalam paragraf
857 dari Ontology: Hubungan tidak
menambahkan kualitas pada suatu kesatuan yang tidak dikandungnya
sendiri; karena tidak ada kesatuan yang berada dalam ketergantungan, baik itu
real ataupun kelihatannya, dari sesuatu pada yang lainnya.13)
Yang dengan Descartes atau Wolff bersifat tertentu (fixed)
dan kaku dan dinyatakan sebagai suatu ketentuan dalam struktur hierarkial Substansi-Atribut-Cara-Kejadian dan sebagainya,
kehilangan ketentuannya dengan Marx, kekakuannya dan stabilitas mutlaknya. Ia
menjadi bergantung pada suatu tahap historikal tertentu dari perkembangan dan
pada peranannya dalam totalitas-totalitas (sistem-sistem) real yang berkembang
sendiri.
Dalam pikiran Marxian, proses real yang objektif, yang
seragam dalam materialitasnya dan dapat diketahui secara lebih mendalam dan
dengan kebenaran objektif, memainkan peranan substansi dalam pengertian
Cartesian (sebagai sesuatu yang tidak memerlukan apapun kecuali dirinya sendiri
bagi keberadaannya). Kategori substansi dipahami seperti ini tidak memainkan
suatu peranan dalam pikiran Marx, seperti peranan yang dimainkan, misalnya,
dalam metafisika Cartesian. Maka itu kita lazimnya mendapatkan istilah
substansi dalam CAPITAL Marx dalam suatu
pengertian yang telah beralih, dalam pengertian sebagai suatu proses esensial,
yang mempertahankan bentuk nampaknya secara empirikal--atau yang bentuknya
dapat dimengerti secara tidak langsung--dalam bentuk-bentuk penampilannya yang
berbeda-beda. Kualitas substansial dari proses esensial (kualitas
kesubstansialan) itu adalah relatif secara historikal, tetapi juga realtif
dengan hubungan dengan peranannya, fungsinya, hubungan-hubungan dalam
totalitas-totalitas (sistem-sistem). Yang dihadapi Marx adalah masalah
tingkat-tingkat yang berbeda-beda dari proses substansial itu dan juga masalah
menetapkan suatu proses oleh sifat-sifat relatif yang berbeda-beda dari tingkat-tingkat
substansial yang berbeda-beda.14)
Sekalipun Marx, dalam kritiknya atas penurunan nilai-tukar
menjadi suatu hubungan relatif, menekankan bahwa dalam hubungan kuantitatif itu
terdapat suatu sifat yang tidak diciptakan oleh hubungan itu, Marx di tempat
lain juga menunjukkan bahwa keberadaan sifat-sifat tertentu (juga sifat-sifat
substansial) itu ditentukan dan diciptakan oleh hubungan-hubungan tertentu.
Marx, misalnya, menulis:
Sambil
berkembang, inter-relasi inter-relasi barang-barang dagangan menghablur menjadi
aspek-aspek yang jelas dari padanan (ekuivalen=equivalent) universal, dan dengan demikian
proses pertukaran serta merta menjadi proses pembentukan uang. Proses ini
sebagai suatu keseluruhan, yang terdiri atas berbagai proses, merupakan sirkulasi (peredaran).15)
Marx menunjukkan bagaimana para ekonom politik burjuis
mengubah sifat-sifat benda-benda, yang dibentuk oleh hubungan mereka dalam
suatu keutuhan tertentu, oleh peranan-peranan dan fungsi-fungsi mereka dalam
suatu proses tertentu, menjadi sifat-sifat substansial16) yang tetap,
bebas dari hubungan-hubungan dalam suatu keutuhan transitori historikal.
Demikianlah misalnya, jika alat-alat kerja difahami secara supra-historikal
sebagai modal tetap, bebas dari hubungan fungsi-fungsi mereka.
Marx secara teliti membeda-bedakan dimasukinya
hubungan-hubungan tertentu mengubah sifat-sifat substansial suatu penampilan
tertentu, dan yang tidak mengubah sifat-sifat substansial itu, yaitu jika
sifat-sifat substansial itu secara esensial tidak diubah oleh masuknya mereka
dalam hubungan-hubungan baru. Demikianlah, Marx menulis, misalnya:
Dan
hingga batas ini Smith benar, ketika ia mengatakan bahwa bagian (porsi) dari
nilai produk yang diciptakan oleh pekerja sendiri, yang untuk itu si kapitalis
membayar padanya suatu padanan dalam bentuk upah-upah, menjadilah sumber
pendapatan bagi si pekerja. Tetapi perubahan sifat atau kebesaran porsi dari
nilai barang-dagangan itu tidaklah melebihi penggantian nilai alat-alat
produksi oleh kenyataan bahwa mereka berfungsi sebagai nilai-nilai-modal, atau
sifat dan kebesaran dari suatu garis lurus telah diubah oleh kenyataan bahwa ia
berlaku sebagai basis suatu segitiga atau sebagai diameter sesuatu ellipse.
Nilai tenaga-kerja masih ditentukan secara bebas seperti nilai dari alat-alat
produksi itu.17)
Mengenai subjek bagaimana sifat substansial dari menjadi modal bergantung pada hubungan-hubungan
dalam suatu keutuhan yang berkembang, Marx menulis:
Uang
selalu tetap dalam bentuk yang sama di dalam substratum yang sama; dan dengan
demikian dapat lebih mudah difahami sebagai sekedar suatu benda. Namun barang
dagangan yang satu dan sama itu, yaitu uang dsb. dapat mewakili modal atau
pendapatan dsb. Maka jelaslah bahkan bagi kaum ekonom, bahwa uang bukanlah
sesuatu yang nyata; melainkan barang dagangan yang satu dan sama ini
kadang-kadang dapat digolongkan di bawah judul modal, kadang- kadang di bawah
judul lain dan yang bertentangan, dan sesuai dengan itu adalah atau bukan
modal. Maka menjadilah jelas bahwa itu adalah suatu hubungan,
dan hanya mungkin suatu hubungan produksi
adanya.18)
Pernyataan Marx mengenai keutamaan sifat yang
dipertentangkan dengan hubungan, karenanya, tidak dapat dianggap sebagai
seluruh kebenaran; ia hanya merupakan suatu cara khusus dalam membagi struktur
ontologikal dalam karya Marx, yaitu, hubungan sifat substansial dengan gejala
permukaan yang dinyatakan oleh suatu hubungan kuantitatif (proporsi).19)
Kecuali hubungan-hubungan ini, yang adalah proporsi-proporsi kuantitatif yang
sekonder pada suatu sifat sosial tertentu yang tampil dalam proporsi
kuantitatif, Marx mengakui hubungan-hubungan lain dari suatu jenis yang sama
sekali berbeda; kaitan mereka dengan sifat-sifat, dengan esensi, dengan
hubungan-hubungan fenomenal dan substansial yang selebihnya dari proses
perkembangan tidaklah dinyatakan oleh keutamaan yang tetap atau abstraksi yang
tetap. Karakteristik terpenting dari teori Marxian mengenai struktur
ontologikal dari realitas dan struktur logikal dari pikiran adalah, dalam
kaitan ini, realitivisasi (penisbian) struktur substansial-atributif
tradisional atas dasar monisme materialis-dialektikal.20)
Mankovsky berusaha melanjutkan polemik ini dengan memakai
pemutlakan positivis terhadap hubungan itu--hubungan yang dipahami sebagai
a-substansialistik--sedemikian rupa hingga ia sebenarnya melepaskan esensi
kerelativan21) dan secara tidak memuaskan mengungkapkan teori
materialis-dialektikal Marxian mengenai struktur ontologikal dari realitas dan
struktur logikal dari pikiran, dan sebagian pula mundur pada suatu logika
substansialis.
Dapat berubahnya dan relativisasi materialis-dialektikal
dari struktur substansial-atributif oleh Marx didahului oleh kritik Hegelian mengenai gaya berpikir22) tradisional
subjek-predikat (S-P). Ketika melukiskan watak
pengetahuan tentang realitas mutlak, Hegel terutama menekankan bahwa
perlu sekali bergerak melampaui substansi mati yang tidak bergerak kepada substansi hidup. Substansi
hidup, menurut Hegel, adalah keberadaan yang benar-benar subjek,
atau, yang sama artinya, yang benar-benar direalisasi dan nyata (wirklich = aktual)
semata-mata dalam proses menempatkan dirinya sendiri, atau
perubahan-perubahannya sendiri dengan perantaraan dirinya sendiri.......23) Jika
substansi difahami sebagai perkembangan-sendiri (sebagai menjadi, menjadi
sesuatu yang lain, sendiri menjadi yang lain, gerak-sendiri),
maka struktur proposisi lama S-P tidaklah mencukupi untuk menyatakan kebenaran.
Subjeknya
dianggap sebagai suatu titik tetap, dan sebagai dukungan mereka padanya,
predikat-predikat dibubuhkan, oleh suatu proses yang termasuk dalam pengetahuan
individual mengenainya, tetapi tidak dipandang sebagai bagian titik pembubuhan
itu sendiri; namun, hanya dengan suatu proses seperti itu, dapatlah isi
diajukan sebagai subjek.24)
Kebenaran adalah keseluruhan dan keseluruhan itu adalah cuma sifat esensial [dari sesuatu] yang mencapai
kelengkapannya lewat proses perkembangannya sendiri.25)
Dengan persangkaan penampilan- penampilan sebagai lengkap adanya dan
keberubahan yang difahami secara eksternal, maka subjek dan predikat berada
dalam hubungan yang terpancang dari superioritas atau subordinasi, penataan
relatif dan penataan persamaan; dengan persangkaan sustansi sebagai
berkembang-sendiri, predikat mau-tak-mau harus dimengerti sehingga subjek
menyatakan dirinya dalam gerakannya sendiri (= keberadaannya sendiri) dalam
predikat itu, presis sebagaimana esensi yang berkembang harus dinyatakan dalam
bentuk-bentuk fenomenal yang berbeda-beda.26)
Semua konsep yang diterapkan dalam kritik Hegel pada
pemikiran subjek-predikat tradisional (konsep-konsep seperti apakah yang benar-benar real, gerak-sendiri, dsb.) difahami dalam
semangat idealisme mutlak, dengan azasnya mengenai identitas (kesamaan) pikiran
dan keberadaan. Dalam bentuk itu mereka sama sekali tidak berguna bagi Marx
yang materialis, yang memahami pengetahuan sebagai perenungan
(refleksi=reflection). Keterangan tentang bagaimana Marx telah melampaui
gagasan-gagasan Hegel mengandung semua ciri karakteristik dari analisis
struktural-genetik materialis-dialektikal. Bab-bab dalam bagian pertama tulisan
ini khusus mengenai analsis itu.
Pikiran ilmiah matematikal dan natural dari abad-abad ke
tujuhbelas dan delapanbelas kadang-kadang disebut pikiran rasional. Filkorn, misalnya, menulis: Sifat
dasar yang membedakan ilmu pengetahuan periode [Galilean] dari ilmu pengetahuan
rakyat-rakyat zaman perbudakan, adalah relasionalitasnya....27).
Adalah penting sekali untuk menegaskan perbedaan antara relasionalitas yang
karakteristik dari ilmu pengetahuan Galilean dan relasionalitas baru
(relativisasi bentuk-bentuk pikiran), yang darinya Science
of Logic Hegel merupakan manifestasi idealis
dalam logika. Relationalitas baru ini mencakup dalam pengantian kritikalnya
yang materialistik atas
gagasan-gagasan Hegel suatu unsur dasar dari konsep ilmu pengetahuan Marx.
Filkorn memperhatikan perbedaan 28) itu dan
terutama mencarinya dalam klasifikasi hubungan-hubungan yang eksternal dan
internal. Ilmu penetahuan periode Galilean tidak dapat mencapai konsep
mengenai relasi inti..... Ia cuma sampai pada permukaannya.29)
Agaknya, seseorang lebih dapat mengarakterisasi perbedaan itu dengan kenyataan
bahwa dalam ilmu pengetahuan Galilean relasionalitas (penelitian
hubungan-hubungan eksternal dan internal) didasarkan pada penerimaan suatu
esensi yang tetap dan sifat-sifat esensial yang tetap 30), sedangkan
relasionalitas pikiran Marxian didasarkan pada pemahaman perkembangan
relasional dari tingkat dalam (esensi). Konsepsi esoterik mengacu pada
pemahaman kontradiksi sebagai karakteristik esensial dari relasionalitas baru
dalam perkembangan itu. Jika dikatakan, bahwa kontradiksi adalah sumber perubahan, maka konsepsi-konsepsi
non-dialektikal lama jelas-jelas membingungkan kita: karena, untuk sesuatu itu
berubah, haruslah ada suatu sumber perubahan, yang adalah berbeda dari
perubahan itu sendiri. Jika kita mencoba merumuskan pemahaman Marxian mengenai
pertanyaan ontologikal itu atas dasar penelitian kita mengenai analsis
struktural-genetik sebagaimana yang dipakai dalam CAPITAL,
maka kita akan menyadari bahwa kekontradiksian (contradictoriness) adalah sifat
yang paling dalam--jika orang dapat mengatakan itu31)--dari struktur
ontologikal relasional dan perkembangan (developmental) dalam teori Marxian. Ia
adalah suatu sifat yang termasuk secara eksistensial pada struktur itu dan
bukan suatu sumber eksternal dari perubahan. Bahkan ia dalam batas tertentu
adalah identik dengannya.
Relativisasi Marxian atas bentuk-bentuk pikiran atas dasar
monisme materialis-dialektikal dapat dikarakterisasi dengan cara berikut
ini--jika pada mulanya kita menetapkan suatu pembatasan negatif--bahwa ia tidak
berarti suatu relativisme subjektivis (biar itu cuma suatu tipe individualistik
atau subjektivisme objektif dari
Kant). Juga, ia tidak berarti pembatasan pengetahuan manusia pada kebenaran yang relatif belaka.
Secara positif kita dapat mengatakan bahwa ia menyangkut suatu relativisasi
bentuk-bentuk pikiran:
- dalam pengertian ketidak-kekalan historikal;
- dalam pengertian memahami saling-menentukan, inter- penetrasi, saling-melampaui bentuk-bentuk pikiran, karena kategori-kategori logikal tidaklah terisolasi dan tidak tetap; ini khususnya relevant bagi kategori-kategori logikal dalam pertentangan mengutub;
- Dalam pengertian relativisasi antitesis dari yang relatif dan yang mutlak. Konsepsi Marxian juga berarti diperolehnya kuantitas pengetahuan secara mutlak, atau untuk lebih jelasnya, diperolehnya objek dari pengetahuan ilmiah (menyusul perluasan ilmu pengetahuan Lockean di bawah Deisme, dan subjektivikasi pengetahuan manusia dalam Critique of Pure Reason (Kritik atas Nalar Murni) dari Kant. Kita berurusan di sini dengan satu- satunya alat perolehan yang mungkin dewasa ini. Dialektik dari relativisme dan absolutisme ini penting bagi kemampuan atau ketidak-mampuan suatu tipe pikiran ilmiah untuk menjadi suatu pandangan ilmiah, logikal dan lengkap mengenai dunia dan kehidupan;
- Dalam pengertian menghancurkan kemanfaatan mutlak (dan loncatan-loncatan paksaan yang dapat digunakan secara tepat) dari bentuk-bentuk pikiran dan cara-cara prosedur imliah pra-Marxis tertentu. Di sini masalahnya bukanlah relativitas historikal, tetapi relativitas dalam pengertian kemanfaatan tidak-mutlak dan terbatas pada dan kecocokan bagi berbagai bidang;
- Dalam pengertian pemahaman kita akan ketergantungan kategori-kategori logikal pada bentuk-bentuk masyarakat manusia yang berkembang secara historikal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar