Kamis, 29 Januari 2015

BENTUK-BENTUK REALITAS DAN PIKIRAN

Oleh Jindrich Zeleny
Teori Marxian tentang struktur ontologikal dari realitas dan dasar logikal dari pikiran ilmiah dikarakterisasi dengan, antara lain, pemecahan masalah saling-ketergantungan antara hubungan-hubungan dan sifat-sifat.
Hubungan-hubungan yang kita jumpai dalam analisis ilmiah Ricardo secara logikal dapat dibagi dalam tiga kelompok:
  1. Hubungan-hubungan pada tingkat penampilan, teristimewa hubungan-hubungan kuantitatif khusus. Dalam bab terdahulu telah kita teliti konsepsi-konsepsi Ricardo dan Marx mengenai hubungan-hubungan kuantitatif dan telah sampai pada kesimpulan, bahwa bentuk-bentuk pikiran yang dipakai oleh Ricardo dan Marx di bidang itu, pada hakekatnya adalah sama. Di sini kita berurusan dengan kategori hubungan yang diambil dari karya perintisan dari Leibniz dan telah mengalami suatu kemajuan besar dalam logika matematikal pasca-Marxian. Kemajuan pesat disiplin itu pada abad ke duapuluh pasti akan dipercepat lagi, karena pikiran dan praxis Marxis, didorong oleh keperluan akan otomatisasi dalam produksi dan akan pengarahan secara sadar bagi masyarakat dan proses-proses sosial, makin menjadikan pentingnya logika matematikal bagi pelayanan teknologi, perencanaan, pendidikan dsb.
  2. Hubungan-hubungan substansial. Ricardo sangat sedikit perhatiannya pada hubungan-hubungan substansial ini, sedangkan Marx justru sangat besar perhatiannya. Ini disebabkan karena di dalam kenyataannya, Marx dan Ricardo memahami hal esensi itu secara berbeda. Jika bagi Ricardo esensi itu sesuatu yang secara kualitatif sudah terpancang dan tidak-dapat-dibeda-bedakan, maka Marx melihat dan meneliti perubahan esensi itu; Marx memahaminya sebagai sesuatu yang secara historikal dapat berubah, yang terjadi melalui berbagai tingkat perkembangan dan perubahan- perubahan kualitatif. Marx memahami esensi itu sebagai suatu proses kontradiktif, yang mempunyai tahap-tahap perkembangan dan berbagai derajat kedalaman. Mengenai pengetahuan ilmiah, Marx mengutamakan penemuan hukum-hukum yang menyangkut perubahan-perubahan substansial.
  3. Hubungan-hubungan antara esensi dan tingkat penampilan. Dengan Ricardo, hubungan-hubungan ini segera diabstraksikan, yang disebut abstraksi-abstraksi formal (Marx); dengan Marx analisis penampilan dan esensi adalah suatu aspek dari analisis struktural-genetik.1)
Tugas kita sekarang yalah meneliti apa yang diartikan hubungan kategori dalam karya Marx, maka baiklah kita merujuk secara kritikal pada analisis yang dikembangkan oleh L.A. Mankovsky.2)
Mankovsky memulai dengan suatu kritik mengenai logika hubungan- hubungan, sebagaimana yang ditafsirkan oleh kaum positivis. Mankovsky menunjuk pada kenyataan, bahwa dari suatu posisi positivis serupa, tokoh liberal Russia, P.Struve, telah mencoba menyalah-artikan teori Marxian tentang nilai. Struve mengemukakan, bnahwa hubungan-hubungan harga yang ditentukan secara empirikal adalah kenyataan ekonomik yang eksklusif dan pasti dalam pertukaran barang-barang dagangan. Karenanya, Struve menamakan konsepsi (termasuk konsepsi Marx) mengenai harga sebagai suatu bentuk fenomenal dari substansi-nilai, suatu konsepsi mekanis-naturalis, suatu konsepsi metafisikal. Struktur logikal dari pandangan Marxian itu sudah ketinggalan zaman, kata Struve, karena berlandaskan pada suatu pengertian Aristotelian mengenai struktur S-P (subjek-predikat) dari proposisi itu.
Dalam perjalanan kritiknya terhadap konsepsi positivis, non- substansialis mengenai hubungan kategori, Mankovsky menunjuk pada pernyataan terkenal dari Marx, bahwa sifat-sifat sesuatu benda tidaklah lahir dari hubungannya pada benda-benda lain, tetapi sebaliknya, mereka itu hanya diaktifkan oleh hubungan-hubungan seperti itu.3) Pada ini, Mankovsky menambahkan observasi umum berikut ini:
(Bagian karangan) itu ditujukan terhadap para ekonom vulgar, yang secara spontan mengambil pendirian positivisme, lama sebelum logika hubungan-hubungan diselesaikan sebagai suatu teori istimewa dalam logika. Pandangan Marxian secara singkat dan tepat menjelaskan perbedaan pokok antara logika materialisme dan logika positivisme, di antara logika substansialis dan logika relativis. Aliran positivis kearah logika hubungan-hubungan mendapatkan ungkapannya dalam pandangan mereka mengenai struktur logikal dari semua proposisi yang dianggap fondamental: Mereka menyarankan sebagai ganti perumusan klasik atas proposisi S adalah P perumusan mereka sendiri aRb, yang telah menjadi suatu landasan logika dialektikal, berarti bahwa pemahaman terutama ditujukan pada objek yang dinyatakan oleh istilah S (subjek dari proposisi itu); P (predikat dari proposisi itu) menyatakan sifat-sifat khusus dari objek itu.4)
Dalam aspek logikalnya, pikiran Marxian mempunyai suatu orientasi atributif-substansial dan disusun menurut perumusan S adalah P.5)
Manovsky benar sekali ketika menyatakan bahwa pandangan Marx mengenai segi utama sifat, berlawanan dengan hubungan, mengacu pada pengerdilan pikiran ilmiah oleh kaum positivis. Namun harus disangsikan apakah observasi umumnya benar, dengan mengatakan bahwa komentar-komentar Marx secara singkat dan tepat telah mengungkapkan antitesis dasar antara logika materialisme dan logika positivisme, antara logika substansialis dan logika relativis.
Ini berarti bahwa suatu pertanyaan penting belum dipecahkan dalam karya Marx, yaitu, perbedaan antara logika materialis substansial yang karakteristik Ricardo, misalnya, dan logika materialis substansialis dari Marx. Dengan Ricardo, logika materialis substansialis sejak semula ditentukan oleh konsepsinya mengenai esensi yang tidak-berubah-ubah (fixed), sedangkan Marx berangkat dari esensi yang tak-berubah-ubah kepada esensi dialektikal yang tidak-tetap membawakan suatu konsepsi baru mengenai logika materialis substansialis: dalam karya ilmiah Marx digunakanlah logika materialis--sit venia verbo-- relativis-substansialis. Tetapi itu dibangsun sedemikian rupa sehingga tidak mempunyai kesamaan apapun dengan suatu relativisme yang menyangkal kemungkinan pemahaman realitas objektif secara tepat. Ini lebih merupakan suatu perkiraan akan pengetahuan objektif, setelah keruntuhan konsepsi-konsepsi anti-dialektikal mengenai struktur ontologikal dari realitas.
Ketika Manovsky berkeras mengatakan6) bahwa Marx mempertentangkan perumusan S adalah P dengan perumusan aRb, haruslah dinyatakan keberatan bahwa dipertentangkannya secara sederhana struktur- hubungan dan struktur predikat, tidaklah menyatakan konsepsi Marxian. Marx menolak direduksikannya nilai-tukar menjadi suatu hubungan kuantitatif; Marx menangkap dan menjelaskan hubungan kuantitatif dengan sifatnya yang lebih dalam, yaitu menjadi nilai itu sendiri. Tetapi sifat itu sendiri (menjadi nilai) yang menentukan hubungan kuantitatif dan--dalam keadaan-keadaan sekarang, di mana produksi barang dagangan adalah dominan--semua hubungan pertukaran yang ada, lahir pada suatu tahap tertentu dari masyarakat manusia dalam keadaan-keadaan tertentu pula. Ia merupakan suatu hubungan tertentu di antara manusia dan kerja mereka, dan ia diciptakan oleh suatu hubungan; sesuatu yang material adalah pembawanya.
Jika kita harus memakai simbol-simbol, kita tidak dapat mengatakan bahwa Marx mempertentangkan perumusan S adalah P dengan perumusan aRb, melainkan, bahwa seluruh persoalannya harus dijelaskan dengan suatu cara yang lebih fondamental.
Marx memulai dari permukaan empirikal dan sepakat sejak semula bahwa nilai-tukar mula-mula muncul sebagai suatu hubungan kuantitatif (dijumpai dalam dunia penampilan empirikal), maka itu aRb.
Marx membenarkan perumusan aRb. Namun ia tidak berhenti hingga di situ, melainkan menjelaskan bahwa reduksi nilai-tukar menjadi sesuatu yang semurninya relatif dan bahwa dalam arti itu hubungan kuantitatif akanlah tidak benar adanya. Ia menganjurkan: Mari kita meneliti masalahnya lebih jauh.7)
Hasil peneletian lebih jauh itu adalah kejelasan akan adanya suatu relativitas rangkap: suatu relativitas eksternal dan suatu relativitas substansial. Yang relatif dalam substansinya dapat muncul terhadap relativitas eksternal sebagai sesuatu yang multak dan non-relatif, namun hanya dalam batas-batas tertentu dan dalam perkiraan-perkiraan abstrak tertentu. Dalam arti itulah Marx kadang-kadang berbicara tentang nilai mutlak, berlawanan dengan bentuk-bentuk-nilai yang ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif, sebagai pernyataan, bentuk penampilan dari nilai mutlak. Nilai itu, yang kadang-kadang muncul pada Marx sebagai nilai mutlak berlawanan dengan bentuk-nilai, adalah relatif (relatif secaran substansi) - (a) dalam arti sifat relatif historikal dari substansi-nilai8) dan (b) dalam arti bahwa ia diciptakan oleh hubungan kerja manusia individual dengan jumlah kerja seluruhnya yang diperlukan secara sosial.9) Relativitas nilai bersifat kontradiktori. Seperti dalam kasus-kasus serupa yang kita lihat dalam Logic Hegel, suatu pemahaman tentang substansi sebagai hubungan memberi jalan pada pemahaman sifat kontradiktorinya.
Struktur substansial-atributif yang tradisional dari pikiran ilmiah sebagai yang dikonseptualisasi dalam filsafat Kecerahan, misalnya dalam metafisika Descartes, Locke atau dalam filsafat Jerman pra-Kantian, telah direvolusionerkan oleh Marx ketika ia merelatifkannya berdasarkan tafsiran dialektikalnya mengenai realitas. Dalam hal itu, yang menjadi perhatian kita di sini sehubungan dengan masalah yang dikemukakan Manovsky mengenai perbedaan antara logika substansial dan logika relativis10), ingin kukutib struktur substiansial-atributiv Descartes, misalnya pada paragraf 51 dan paragraf-paragraf berikutnya dalam bagian pertama Principles of Philosophy demi untuk kejelasannya. Descartes memahami substansi sebagai sesuatu yang berada sedemikian rupa hingga tidak memerlukan apapun juga untuk keberadaannya itu. Masing-masing dari dua substansi, yang spiritual dan yang fisikal, memiliki atribut tetapnya yang khas, yang membentuk esensinya dan adalah dasar dari semua sifat lainnya (Paragraf 53). Pemuaian adalah suatu sifat dari substansi fisikal; pikiran adalah suatu sifat dari substansi spiritual. Semua modi, qualitates, differentiae lahir dari dasar itu, dan tentu saja tunduk pada hukum-hukum umum alam, yang pertamanya berbunyi:
Setiap realitas, sejauh ia bersifat sederhana dan tidak terbagi, selalu berada dalam keadaan sama sejauh-jauh hal itu mungkin, dan tidak pernah berubah kecuali lewat sebab-sebab eksternal11)
Locke12) bersikap skeptikal terhadap konsep substansi: itu sebuah konsep yang kecil kegunaannya, bahkan kabur. Mengenai substansi kita hanya dapat memperoleh suatu konsepsi yang samar-samar, membingungkan. Jika kita memperhatikan cara Locke melakukan penelitian yang sesungguhnya mengenai penampilan-penampilan real, maka kita melihat bahwa sesuai reservasi gnoseologikalnya mengenai kejelasan substansi dan kritik empirisisnya mengenai rasionalisme idealis pada Descartes, maka Locke memahami penampilan- penampilan real dan sifat-sifatnya itu secara sama seperti Descartes. Jika Descartes memberikan tekanan lebih besar atas pemahaman matematikalnya, Locke menekankan pemahaman indrawi, empirikal. Namun suatu konsepsi yang sama mengenai struktur ontologikal dari realitas merupakan dasar dari kedua prosedur itu. Dengan prosedur Locke, maka aparatus kategorial beroperasi dengan perkiraan-perkiraan indrawi (sensori), dan dengan prosedur Descartes, abstraksi azas-azas yang tegar yang terbukti secara rasional, diberikan secara geometrikal. Perbedaan ini--yang sangat jelas dan bukannya tanpa arti penting dalam sejarah pemikiran burjuis-- tidak dapat menyembunyikan kenyataan, bahwa kita secara hakiki masih berurusan dengan konsepsi-konsepsi yang berkaitan. Wolff, yang mendapat reaksi sangat kuat dari filsafat Jerman, secara eksak merumuskan perpisahan dualistik dan kaku yang konstan dari yang variabel, sifat-sifat yang mutlak dari yang relatif. Dalam Logic kita membaca pada paragraf 60: Jika kita perhatikan atas apa benda-benda terdiri, maka yang pertama kita temukan adalah konstan-konstan, yang terdapat di situ manakala jenis-jenis (species) tidak berubah; juga, perubahan-perubahan yang terjadi, sekalipun jenis-jenis tidak berubah. Paragraf 61: Jika ada konstan-konstan mempunyai hubungan dengan suatu kesatuan (entity), maka ini dapat dinyatakan secara mutlak, dan proposisi sebaliknya pun begitu. Paragraf 62: Jika sesuatu itu dapat berubah, maka ini hanya dapat terjadi dalam kondisi-kondisi tertentu, dan proposisi sebaliknya pun begitu. Konsepsi Wollf tentang hubungan sebagai sesuatu yang cuma bersifat eksternal, yang difahami atas dasar esensi tertentu dan kesatuan-kesatuan yang terisolasi yang berlawanan satu sama lain, ditunjukkan, misalnya dalam paragraf 857 dari Ontology: Hubungan tidak menambahkan kualitas pada suatu kesatuan yang tidak dikandungnya sendiri; karena tidak ada kesatuan yang berada dalam ketergantungan, baik itu real ataupun kelihatannya, dari sesuatu pada yang lainnya.13)
Yang dengan Descartes atau Wolff bersifat tertentu (fixed) dan kaku dan dinyatakan sebagai suatu ketentuan dalam struktur hierarkial Substansi-Atribut-Cara-Kejadian dan sebagainya, kehilangan ketentuannya dengan Marx, kekakuannya dan stabilitas mutlaknya. Ia menjadi bergantung pada suatu tahap historikal tertentu dari perkembangan dan pada peranannya dalam totalitas-totalitas (sistem-sistem) real yang berkembang sendiri.
Dalam pikiran Marxian, proses real yang objektif, yang seragam dalam materialitasnya dan dapat diketahui secara lebih mendalam dan dengan kebenaran objektif, memainkan peranan substansi dalam pengertian Cartesian (sebagai sesuatu yang tidak memerlukan apapun kecuali dirinya sendiri bagi keberadaannya). Kategori substansi dipahami seperti ini tidak memainkan suatu peranan dalam pikiran Marx, seperti peranan yang dimainkan, misalnya, dalam metafisika Cartesian. Maka itu kita lazimnya mendapatkan istilah substansi dalam CAPITAL Marx dalam suatu pengertian yang telah beralih, dalam pengertian sebagai suatu proses esensial, yang mempertahankan bentuk nampaknya secara empirikal--atau yang bentuknya dapat dimengerti secara tidak langsung--dalam bentuk-bentuk penampilannya yang berbeda-beda. Kualitas substansial dari proses esensial (kualitas kesubstansialan) itu adalah relatif secara historikal, tetapi juga realtif dengan hubungan dengan peranannya, fungsinya, hubungan-hubungan dalam totalitas-totalitas (sistem-sistem). Yang dihadapi Marx adalah masalah tingkat-tingkat yang berbeda-beda dari proses substansial itu dan juga masalah menetapkan suatu proses oleh sifat-sifat relatif yang berbeda-beda dari tingkat-tingkat substansial yang berbeda-beda.14)
Sekalipun Marx, dalam kritiknya atas penurunan nilai-tukar menjadi suatu hubungan relatif, menekankan bahwa dalam hubungan kuantitatif itu terdapat suatu sifat yang tidak diciptakan oleh hubungan itu, Marx di tempat lain juga menunjukkan bahwa keberadaan sifat-sifat tertentu (juga sifat-sifat substansial) itu ditentukan dan diciptakan oleh hubungan-hubungan tertentu. Marx, misalnya, menulis:
Sambil berkembang, inter-relasi inter-relasi barang-barang dagangan menghablur menjadi aspek-aspek yang jelas dari padanan (ekuivalen=equivalent) universal, dan dengan demikian proses pertukaran serta merta menjadi proses pembentukan uang. Proses ini sebagai suatu keseluruhan, yang terdiri atas berbagai proses, merupakan sirkulasi (peredaran).15)
Marx menunjukkan bagaimana para ekonom politik burjuis mengubah sifat-sifat benda-benda, yang dibentuk oleh hubungan mereka dalam suatu keutuhan tertentu, oleh peranan-peranan dan fungsi-fungsi mereka dalam suatu proses tertentu, menjadi sifat-sifat substansial16) yang tetap, bebas dari hubungan-hubungan dalam suatu keutuhan transitori historikal. Demikianlah misalnya, jika alat-alat kerja difahami secara supra-historikal sebagai modal tetap, bebas dari hubungan fungsi-fungsi mereka.
Marx secara teliti membeda-bedakan dimasukinya hubungan-hubungan tertentu mengubah sifat-sifat substansial suatu penampilan tertentu, dan yang tidak mengubah sifat-sifat substansial itu, yaitu jika sifat-sifat substansial itu secara esensial tidak diubah oleh masuknya mereka dalam hubungan-hubungan baru. Demikianlah, Marx menulis, misalnya:
Dan hingga batas ini Smith benar, ketika ia mengatakan bahwa bagian (porsi) dari nilai produk yang diciptakan oleh pekerja sendiri, yang untuk itu si kapitalis membayar padanya suatu padanan dalam bentuk upah-upah, menjadilah sumber pendapatan bagi si pekerja. Tetapi perubahan sifat atau kebesaran porsi dari nilai barang-dagangan itu tidaklah melebihi penggantian nilai alat-alat produksi oleh kenyataan bahwa mereka berfungsi sebagai nilai-nilai-modal, atau sifat dan kebesaran dari suatu garis lurus telah diubah oleh kenyataan bahwa ia berlaku sebagai basis suatu segitiga atau sebagai diameter sesuatu ellipse. Nilai tenaga-kerja masih ditentukan secara bebas seperti nilai dari alat-alat produksi itu.17)
Mengenai subjek bagaimana sifat substansial dari menjadi modal bergantung pada hubungan-hubungan dalam suatu keutuhan yang berkembang, Marx menulis:
Uang selalu tetap dalam bentuk yang sama di dalam substratum yang sama; dan dengan demikian dapat lebih mudah difahami sebagai sekedar suatu benda. Namun barang dagangan yang satu dan sama itu, yaitu uang dsb. dapat mewakili modal atau pendapatan dsb. Maka jelaslah bahkan bagi kaum ekonom, bahwa uang bukanlah sesuatu yang nyata; melainkan barang dagangan yang satu dan sama ini kadang-kadang dapat digolongkan di bawah judul modal, kadang- kadang di bawah judul lain dan yang bertentangan, dan sesuai dengan itu adalah atau bukan modal. Maka menjadilah jelas bahwa itu adalah suatu hubungan, dan hanya mungkin suatu hubungan produksi adanya.18)
Pernyataan Marx mengenai keutamaan sifat yang dipertentangkan dengan hubungan, karenanya, tidak dapat dianggap sebagai seluruh kebenaran; ia hanya merupakan suatu cara khusus dalam membagi struktur ontologikal dalam karya Marx, yaitu, hubungan sifat substansial dengan gejala permukaan yang dinyatakan oleh suatu hubungan kuantitatif (proporsi).19) Kecuali hubungan-hubungan ini, yang adalah proporsi-proporsi kuantitatif yang sekonder pada suatu sifat sosial tertentu yang tampil dalam proporsi kuantitatif, Marx mengakui hubungan-hubungan lain dari suatu jenis yang sama sekali berbeda; kaitan mereka dengan sifat-sifat, dengan esensi, dengan hubungan-hubungan fenomenal dan substansial yang selebihnya dari proses perkembangan tidaklah dinyatakan oleh keutamaan yang tetap atau abstraksi yang tetap. Karakteristik terpenting dari teori Marxian mengenai struktur ontologikal dari realitas dan struktur logikal dari pikiran adalah, dalam kaitan ini, realitivisasi (penisbian) struktur substansial-atributif tradisional atas dasar monisme materialis-dialektikal.20)
Mankovsky berusaha melanjutkan polemik ini dengan memakai pemutlakan positivis terhadap hubungan itu--hubungan yang dipahami sebagai a-substansialistik--sedemikian rupa hingga ia sebenarnya melepaskan esensi kerelativan21) dan secara tidak memuaskan mengungkapkan teori materialis-dialektikal Marxian mengenai struktur ontologikal dari realitas dan struktur logikal dari pikiran, dan sebagian pula mundur pada suatu logika substansialis.
Dapat berubahnya dan relativisasi materialis-dialektikal dari struktur substansial-atributif oleh Marx didahului oleh kritik Hegelian mengenai gaya berpikir22) tradisional subjek-predikat (S-P). Ketika melukiskan watak pengetahuan tentang realitas mutlak, Hegel terutama menekankan bahwa perlu sekali bergerak melampaui substansi mati yang tidak bergerak kepada substansi hidup. Substansi hidup, menurut Hegel, adalah keberadaan yang benar-benar subjek, atau, yang sama artinya, yang benar-benar direalisasi dan nyata (wirklich = aktual) semata-mata dalam proses menempatkan dirinya sendiri, atau perubahan-perubahannya sendiri dengan perantaraan dirinya sendiri.......23) Jika substansi difahami sebagai perkembangan-sendiri (sebagai menjadi, menjadi sesuatu yang lain, sendiri menjadi yang lain, gerak-sendiri), maka struktur proposisi lama S-P tidaklah mencukupi untuk menyatakan kebenaran.
Subjeknya dianggap sebagai suatu titik tetap, dan sebagai dukungan mereka padanya, predikat-predikat dibubuhkan, oleh suatu proses yang termasuk dalam pengetahuan individual mengenainya, tetapi tidak dipandang sebagai bagian titik pembubuhan itu sendiri; namun, hanya dengan suatu proses seperti itu, dapatlah isi diajukan sebagai subjek.24)
Kebenaran adalah keseluruhan dan keseluruhan itu adalah cuma sifat esensial [dari sesuatu] yang mencapai kelengkapannya lewat proses perkembangannya sendiri.25) Dengan persangkaan penampilan- penampilan sebagai lengkap adanya dan keberubahan yang difahami secara eksternal, maka subjek dan predikat berada dalam hubungan yang terpancang dari superioritas atau subordinasi, penataan relatif dan penataan persamaan; dengan persangkaan sustansi sebagai berkembang-sendiri, predikat mau-tak-mau harus dimengerti sehingga subjek menyatakan dirinya dalam gerakannya sendiri (= keberadaannya sendiri) dalam predikat itu, presis sebagaimana esensi yang berkembang harus dinyatakan dalam bentuk-bentuk fenomenal yang berbeda-beda.26)
Semua konsep yang diterapkan dalam kritik Hegel pada pemikiran subjek-predikat tradisional (konsep-konsep seperti apakah yang benar-benar real, gerak-sendiri, dsb.) difahami dalam semangat idealisme mutlak, dengan azasnya mengenai identitas (kesamaan) pikiran dan keberadaan. Dalam bentuk itu mereka sama sekali tidak berguna bagi Marx yang materialis, yang memahami pengetahuan sebagai perenungan (refleksi=reflection). Keterangan tentang bagaimana Marx telah melampaui gagasan-gagasan Hegel mengandung semua ciri karakteristik dari analisis struktural-genetik materialis-dialektikal. Bab-bab dalam bagian pertama tulisan ini khusus mengenai analsis itu.
Pikiran ilmiah matematikal dan natural dari abad-abad ke tujuhbelas dan delapanbelas kadang-kadang disebut pikiran rasional. Filkorn, misalnya, menulis: Sifat dasar yang membedakan ilmu pengetahuan periode [Galilean] dari ilmu pengetahuan rakyat-rakyat zaman perbudakan, adalah relasionalitasnya....27). Adalah penting sekali untuk menegaskan perbedaan antara relasionalitas yang karakteristik dari ilmu pengetahuan Galilean dan relasionalitas baru (relativisasi bentuk-bentuk pikiran), yang darinya Science of Logic Hegel merupakan manifestasi idealis dalam logika. Relationalitas baru ini mencakup dalam pengantian kritikalnya yang materialistik atas gagasan-gagasan Hegel suatu unsur dasar dari konsep ilmu pengetahuan Marx.
Filkorn memperhatikan perbedaan 28) itu dan terutama mencarinya dalam klasifikasi hubungan-hubungan yang eksternal dan internal. Ilmu penetahuan periode Galilean tidak dapat mencapai konsep mengenai relasi inti..... Ia cuma sampai pada permukaannya.29) Agaknya, seseorang lebih dapat mengarakterisasi perbedaan itu dengan kenyataan bahwa dalam ilmu pengetahuan Galilean relasionalitas (penelitian hubungan-hubungan eksternal dan internal) didasarkan pada penerimaan suatu esensi yang tetap dan sifat-sifat esensial yang tetap 30), sedangkan relasionalitas pikiran Marxian didasarkan pada pemahaman perkembangan relasional dari tingkat dalam (esensi). Konsepsi esoterik mengacu pada pemahaman kontradiksi sebagai karakteristik esensial dari relasionalitas baru dalam perkembangan itu. Jika dikatakan, bahwa kontradiksi adalah sumber perubahan, maka konsepsi-konsepsi non-dialektikal lama jelas-jelas membingungkan kita: karena, untuk sesuatu itu berubah, haruslah ada suatu sumber perubahan, yang adalah berbeda dari perubahan itu sendiri. Jika kita mencoba merumuskan pemahaman Marxian mengenai pertanyaan ontologikal itu atas dasar penelitian kita mengenai analsis struktural-genetik sebagaimana yang dipakai dalam CAPITAL, maka kita akan menyadari bahwa kekontradiksian (contradictoriness) adalah sifat yang paling dalam--jika orang dapat mengatakan itu31)--dari struktur ontologikal relasional dan perkembangan (developmental) dalam teori Marxian. Ia adalah suatu sifat yang termasuk secara eksistensial pada struktur itu dan bukan suatu sumber eksternal dari perubahan. Bahkan ia dalam batas tertentu adalah identik dengannya.
Relativisasi Marxian atas bentuk-bentuk pikiran atas dasar monisme materialis-dialektikal dapat dikarakterisasi dengan cara berikut ini--jika pada mulanya kita menetapkan suatu pembatasan negatif--bahwa ia tidak berarti suatu relativisme subjektivis (biar itu cuma suatu tipe individualistik atau subjektivisme objektif dari Kant). Juga, ia tidak berarti pembatasan pengetahuan manusia pada kebenaran yang relatif belaka. Secara positif kita dapat mengatakan bahwa ia menyangkut suatu relativisasi bentuk-bentuk pikiran:
  1. dalam pengertian ketidak-kekalan historikal;
  2. dalam pengertian memahami saling-menentukan, inter- penetrasi, saling-melampaui bentuk-bentuk pikiran, karena kategori-kategori logikal tidaklah terisolasi dan tidak tetap; ini khususnya relevant bagi kategori-kategori logikal dalam pertentangan mengutub;
  3. Dalam pengertian relativisasi antitesis dari yang relatif dan yang mutlak. Konsepsi Marxian juga berarti diperolehnya kuantitas pengetahuan secara mutlak, atau untuk lebih jelasnya, diperolehnya objek dari pengetahuan ilmiah (menyusul perluasan ilmu pengetahuan Lockean di bawah Deisme, dan subjektivikasi pengetahuan manusia dalam Critique of Pure Reason (Kritik atas Nalar Murni) dari Kant. Kita berurusan di sini dengan satu- satunya alat perolehan yang mungkin dewasa ini. Dialektik dari relativisme dan absolutisme ini penting bagi kemampuan atau ketidak-mampuan suatu tipe pikiran ilmiah untuk menjadi suatu pandangan ilmiah, logikal dan lengkap mengenai dunia dan kehidupan;
  4. Dalam pengertian menghancurkan kemanfaatan mutlak (dan loncatan-loncatan paksaan yang dapat digunakan secara tepat) dari bentuk-bentuk pikiran dan cara-cara prosedur imliah pra-Marxis tertentu. Di sini masalahnya bukanlah relativitas historikal, tetapi relativitas dalam pengertian kemanfaatan tidak-mutlak dan terbatas pada dan kecocokan bagi berbagai bidang;
  5. Dalam pengertian pemahaman kita akan ketergantungan kategori-kategori logikal pada bentuk-bentuk masyarakat manusia yang berkembang secara historikal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar