KH.
Jalaluddin Rakhmat
(disampaikan
dalam khutbah idul fitri di lapangan Siliwangi Bandung)
Marilah
kita mulai pagi yang cerah ini dengan mengungkapkan syukur kita kepada Allah
swt. Setiap hari anugerah dan nikmatNya turun kepada kita, walaupun pada hari
yang sama maksiat dan kejahatan kita naik kepada-Nya. Setiap jam perlindungan
dan pemeliharaan-Nya mengayomi kita, padahal pada jam yang sama kita
menentang-Nya dengan dosa-dosa dan kejelekan kita. Dia telah membawa kita
kepada bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah dan ampunan, bulan yang di
dalamnya ada Lailatul Qadar, yang lebih bagus dari seribu bulan.
Sepanjang Ramadan, Dia menuntun kita untuik melakukan puasa, shalat malam,
membaca Al-Qur’an dan bersedekah di jalan Allah. Dia memberikan kesempatan
kepada kita untuk menghapus dosa dan beramal saleh. Akhirnya hari ini, dengan
kasih sayang-Nya jua, Dia mengantarkan kita kepada idul fitri, hari lebaran.
Dia gerakkan lidah-lidah kita untuk membesarkan asmaNya. Dia karuniakan kepada
kita rezeki untuk membayarkan kewajiban zakat kita. Pagi ini Dia membawa kita
ke tanah lapang ini untuk bersimpuh di hadapan kebesaranNya, memuji
keagungan-Nya dan mensyukuri seluruh nikmatNya.
Marilah
kita melihat ke kiri dan ke kanan kita. Marilah kita periksa orang-orang yang
kita cintai: Ayah-Bunda, saudara, kekasih, tetangga, sahabat, dan handai
taulan. Adakah di antara mereka yang hari ini tidak dapat bergabung bersama
kita di tempat ini? Adakah diantara mereka yang sudah meninggalkan kita,
kembali kepada yang Mahasuci?
Kemanakah
ayah atau ibu yang tahun lalu menyambut uluran tangan kita dengan tetesan air
mata kasih sayang? Kemana kakak atau adik kita yang pada lebaran lalu gelak
tertawa berbagi bahagia bersama kita? Kemanakah tetangga atau sahabat dekat
yang dulu pernah memeluk kita dan mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri?
Ya
Allah, mereka telah kembali kepada-Mu. Mereka telah “mudik” ke kampung yang
abadi. Terimalah mereka di sisi-Mu Râdhiyatan mardhiyyah. Engkau senang
menyambut mereka dan mereka senang berjumpa denganMu. Seperti doa Nabi saw
untuk Thalhah, pemuda yang mencintainya, sambutlah mereka. Rabbana; Engkau
tersenyum kepada mereka dan mereka tersenyum kepadaMu. Curahkan kasihMu kepada
ayah-bunda kami, saudara kami, sahabat kami. Gabungkan mereka dengan
orang-orang yang Engkau anugerahkan kenikmatan keopada mereeka bersama para
nabi, shiddiqîn, syuhada, shâlihin.
Ya
Allah, pagi ini mereka tidak dapat berlebaran bersama kami. Tidak bisa kami
ulurkan tangan kami untuk meminta maaf. Tidak bisa kami ajak mereka untuk
berbagi bahagia bersama kami. Tidak bisa kami undang mereka untuk berkumpul di
rumah kami. Allahumma adkhil ‘alâ ahl al-qubûr al-surûr. Tetapi kami mohon, ya
Allah, masukkanlah rasa bahagia kepada semua ahli kubur. Harumkanlah kuburan
mereka dengan wewangian doa-doa kami, sampaikanlah salam kami yang tulus.
Assalamu
‘alaikum ya ahl al-diyari min al-muslimîn antum lanâ salaf wa inna insyâ Allah
bikum lâhiqûn. Salam bagi kalian wahai ahli kubur, kalian sudah mendahului kami
dan insyâAllah kami akan segera menyusul kalian. Menurut laporan para sahabat,
dalam shalat Ied dan shalat Jum’at, nabi saw senang membaca surat al-A’la dan
al-Ghasyiyah. Pada surat al-A’la dipuji Tuhan orang yang yang berzakat,
kemudian berzikir kepada Allah kemudian melakukan shalat. Qad aflaha man
tazakkâ wa dzakara isma rabbihi fashallâ. Kata sebagian ahli tafsir, ini
berkaitan dengan shalat Idul Fitri. Pada surat al-Ghasyiyah diceritakan keadaan
manusia ketika kembali pada Tuhan. Innâ ilainâ iyabahum tsumma innâ ‘alaina
hisâbahum. Kepada kamilah mereka kembali; kewajiban kamilah untuk memeriksa
mereka. Surat al-Ghasyiyah dibaca pada Idul Fitri untuk mengingatkan mereka
akan hari ketika mereka mudik kepada Tuhan. Berkumpulnya manusia di tanah
lapang harus menyadarkan mereka a kan hari ketika mereka diadili Tuhan pada
padang Mahsyar nanti.
Selain
pada surat al-Ghasyiyah, berulang kali dalam Al-Qur'an Tuhan mengingatkan kita
bahwa kepada Allah tempat mudik kita. Kepada Allah tempat mudik kalian.
Kepada Allah tempat mudik mereka semua. Kalimat seperti ini disebut enam
belas kali dalam Al-Qur'an. Sudah seminggu ini saudara-saudara kita mudik ke
kampung halaman mereka yang sementara, menemui orang-orang yang mereka sayangi,
dengan membawa beban berat untuk dibagikan kepada mereka . mereka berangkat
dengan sukarela, menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan dengan suka cita.
Setiap saat kita harus mudik ke kampung halaman abadi, menemui Allah yang kita
cintai, tetapi dengan membawa beban dosa di atas punggung kita, untuk diperiksa
dalam timbangan keadilan Tuhan. Setiap saat ketika maut menjemput kita, kita
harus pergi dengan terpaksa. Kita akan menempuh perjalanan yang panjang dan
mengerikan.
Imam Ali
Zainal ‘Abidin cucu Rasulullah saw, berkata,”Ada tiga saat yang paling
menakutkan yang harus dialami anak Adam. (1) saat ketika ia menyaksikan
malaikat maut, (2) saat ketika ia bangun dari alam kuburnya, dan (3) saat
ketika ia berdiri di hadapan Allah swt tidak jelas apakah ia akan ke surga atau
ke neraka?”
Itulah
perjalanan mudik kita. Stasion yang pertama ialah kematian, saat malakul maut
menjemput kita. Pada waktu itu, kita akan dihadapkan pada kekayaan kita. Kita
akan berkata, “Demi Allah, dahulu aku mengumpulkan kamu dengan rakus dan pelit.
Sekarang apa yang akan kau berikan kepadaku?” Harta kita akan menjawab khudz
minni kafanak.
Ambillah
dariku kain kafanmu. Kemudian kita akan dipertemukan dengan seluruh keluarga
kita. Kita memandang mereka,”Demi Allah dahulu aku sangat mencintai kalian dan
memelihara kalian dengan susah payah. Apa yang akan kamu berikan kepadaku?”
Mereka
menjawab; “kami akan mengantarkan jenazahmu. Kami akan menguburmu.”
Setelah
itu kita akan menengok amal-amal kita dan berkata,”Demi Allah dahulu aku
membencimu, aku melihat kamu sebagai beban yang berat. Apa yang kamu berikan
kepadaku?” amal-amal kita akan berkata, “aku akan menjadi sahabatmu dalam
kuburmu, pada hari kamu dihimpunkan, dan sampai pada waktu kita bersama
berhadapan dengan Allah.”
Ketika
kita dibaringkan di kubur, kita akan bergumam kepada lubang lahat: ”hei rumah
yang dipenuhi cacing, hei rumah yang sunyi, asing dan gelap.”Lubang lahat akan
menjawab, inilah yang memang sudah aku persiapkan untukmu. Lalu apa yang telah
engkau persiapkan untuk pertemuan denganku.
Jawablah
petanyaan lubang kubur itu: apa yang telah kamu persiapkan untuk bekal di alam
kuburmu? Pertanyaan itu akan kita dengar nanti, menghantam dada dan mengiris
hati nurani kita. Itulah yang pasti kita alami ketika kita mati. Kisah itu
disampaikan kepada kita dalam ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis-hadis shahih,
Allah
swt Menjelaskan kepada kita dua macam kematian. Pertama, “Orang-orang yang
diwafatkan malaikat dalam keadaan baik, para malaikat berkata: sejahteralah
bagi kalian, masuklah ke surga dengan apa-apa yang sudah kalian amalkan.”(Al-Nahl
32).
Kepada
mereka tuhan menyapa dengan mesra, “Hei jiwa yang tentram, kembalilah kepada
karunia Tuhanmu dengan penuh keridhaan dan diridhai. Dan masuklah dalam
kelomopok hambaku, masuklah ke surgaku.”(Al-Fajr 30).
Kedua,
adalah kematian orang yang durhaka: bagaimanakah keadaan mereka ketika
malaikat maut mematikan mereka, seraya meremuk redamkan muka mereka dan
punggung mereka? Yang demikian itu mengikuti apa yang dimurkai Allah dan
membenci keridhaanNya. Lalu Allah hapuskan semua amalnya. (Muhammad 27-28)
Kita
tidak tahu pada kematian yang mana kita akan berada; apakah kita akan mati
dalam pelukan kasih sayang Allah swt; ataukah dalam deraan malaikan maut dan
kemurkaan Tuhan? Kita juga tidak tahu apakah kita akan bangkit dari kubur kita
dengan wajah-wajah yang ketakutan atau wajah-wajah yang berseri-seri penuh
kegembiraan? Kita sudah bekerja sepanjang tahun mengumpulkan bekal untuk mudik
yang hanya beberapa hari. Sudahkah kita persiapkan bekal untuk mudik yang
jangkanya tidak terhingga? Kita sudah bekerja puluhan tahun untuk persiapan
masa tua kita yang berlangsung beberapa tahun saja. Sudahkah kita persiapkan
bekal untuk perjalanan yang sangat panjang setelah kematian kita? Dengarkan
cerita Rasulullah saw tentang orang yang paling malang ketika berhadapan dengan
pengadilan Tuhan; itulah mereka yang berdiri di hadapan Rabbul ‘Alamin, lalu di
tangan-tangan mereka bergelantungan orang-orang yang pernah disakiti hatinya,
dirampas haknya, disiksa tubuhnya, atau diusir dari tempat-tempat pekerjaannya.
Mereka
akan menghempaskan orang zalim itu di hadapan Tuhannya. Mereka akan mengambil
seluruh amal salehnya –salat, puasa, dan hajinya- dan membebankan di atas
punggungnya seluruh dosa mereka. Ali bin Abi Thalib kw berkata, “Bekal yang
paling buruk untuk hari kiamat adalah berbuat zalim kepada manusia.”
Tahukah
Anda bekal yang paling baik untuk hari kiamat nanti? Pada suatu hari Rasulullah
saw melewati pekuburan. Beliau menyapa penghuni kubur, “Hai Ahli Kubur, tahukah
kalian apa yang terjadi sepeninggal kalian? Istri kalian sudah dinikahi orang
lain, rumah kalian sudah dibagi-bagikan. Ceritakan apa yang kalian alami!”
Kemudian Rasulullah bersabda, “Sekiranya mereka bisa menjawab, mereka akan
berkata bahwa sebaik-baiknya bekal adalah takwa.”
Takwa
menurut al-Quran adalah menginfakkan harta dalam keadaan senang dan susah,
mengendalikan amarah, memaafkan orang lain, sering berbuat baik, cepat meminta
maaf bila berbuat salah dan tidak mengulanginya lagi. (Ali Imran 133-135)
Takwa, masih menurut al-Quran, adalah mengisi sebagian besar malam untuk
bermunajat kepada Tuhan, memohon ampun pada waktu sahur, dan memberikan harta
kepada orang miskin dan orang yang berkekurangan. (Al-Dzariyat 16-29) Secara
singkat, bekal terbaik untuk hari mudik kita yang abadi adalah beribadat untuk
memperoleh rida Allah dan beramal saleh untuk membahagiakan hamba-hamba-Nya.
Pada
khutbah yang kedua ini, marilah kita renungkan firman Tuhan dalam surat
Al–Ghasyiyah,
Dengan
nama Allah Mahakasih Mahasayang
Apakah
telah datang kepadamu peristiwa dahsyat
Yang
mengguncang semua
Wajah-wajah
hari itu ketakutan
Terseok-seok
kepayahan
Terlempar
ke dalam api yang bernyala
Diberi
minum dari mata air yang bergolak
Tidak
ada makanan baginya kecuali duri neraka
Tidak
menggemukkan dan tidak melepaskan rasa lapar
Wajah-wajah
hari itu berseri-seri
Puas
dengan hasil kerjanya
Ditempatkan
di surga yang tinggi
Tidak
mereka dengar bicara hampa
Di
sana ada mata air yang mengalir
Di
sana ada pelaminan yang ditinggikan
Gelas-gelas
yang diletakkan
Bantal-bantal
yang digelarkan
Permadani
yang dihamparkan
Marilah
kita akhiri shalat Idul Fitri ini dengan memohonkan ampunan kepada Allah (Shalawat)
Ya
Ghafur, Ya Rahim. Dengan cahayaMu kami mendapat petunjuk. Dengan karuniaMu kami
mendapat kecukupan. Dengan nikmatMu kami masuki pagi dan petang. Dan inilah
kami membawa dosa-dosa kami ke hadapanMu, Kami mohonkan ampunanMu, kami
bertaubat kepadaMu.
Engkau
limpahi kami dengan kenikmatan, tetapi kami melawanMu dengan kemaksiatan.
KebaikanMu
turun kepada kami dan kejelekan kami naik kepadaMu. Tidak henti-hentinya
malaikat yang mulia menghantarkan kepadaMu keburukan amal-amal kami.
Tetapi,
Ya Allah, itu tidak mencegahMu untuk tetap meliputi kami dengan nikmatMu dan
memuliakan kami dengan anugerahMu. Subhanaka, betapa penyantun Engkau!
Betapa Agung Engkau! Betapa pemurah Engkau!
Ya
Allah, setiap kali kami sudah siap sedia untuk menghadapMu dan menyeruMu engkau
datangkan pada kami rasa kantuk dan malas. Setiap kali kami hendak berbuat
baik, kami ditimpa keengganan dan kesulitan. Setiap kali kami sudah dekat
dengan kedudukan orang-orang yang saleh, datanglah bencana, tergelincirlah
kak-kaki kami dan terpentalah kami dari perkhidmatan kepadaMu.
Rabbana,
mungkin Engkau sudah mengusir kami dari pintuMu, sehingga Engkau jauhkan kami
dari berkhidmat kepadaMu. Atau mungkin Engkau melihat kami melalaikan hak-hakMu
lalu Engkau jauhkan kami atau mungkin Engkau melihat kami berpaling dariMu,
lalu Engkau tinggalkan kami. Atau mungkin Engkau dapatkan kami di tengah-tengah
para pendosa lalu Engkau campakkan kami. Atau mungkin Engkau tidak menemukan
kami berada di majlis para ulama yang saleh lalu Engkau tolakkan kami. Atau mungkin
Engkau sudah tidak senang lagi mendengar doa-doa kami lalu Engkau lemparkan
kami.
Ya Allah
jika engkau ampuni kami, rabbana betapa banyaknya pendosa sebelum kami Engkau
ampuni. Ya Allah, bila Kau putuskan taliMu kepada tali siapa kami harus bergantung.
Demi kebesaranMu sekiranya Engkau campakkan kami, kami akan tetap berdoa di
depan pintuMu; kami tidak akan menghentikan rintihan kepadaMu. Kemana lagi
seorang hamba harus pergi kalau bukan kepada junjungannya, kemana lagi seorang
makhluk harus berlindung kalau bukan kepada khaliknya?
Rabbana
keluarkanlah kecintaan kepada dunia dalam hati kami. Kumpulkan kami dengan Nabi
al Mustafa dan keluarganya. Gabungkan kami bersama para Nabi, syuhada,
shiddiqin dan shalihin. Bantulah kami untuk menangisi keadaan diri kami. Kami
sudah menyia-nyiakan hidup kami dengan penangguhan dan angan-angan. Kami sudah
jatuh kepada kedudukan orang yang putus harapan.
Siapakah
gerangan orang-orang yang keadaan nya lebih jelek dari keadaan kami? Jika dalam
keaadaan seperti ini, kami dipindahkan ke kuburan kami, kami belum
menghamparkan amal shaleh untuk pembaringan kami. Bagaimana kami tidak
menangis, sedangkan kami tidak tahu akhir perjalanan kami. Kami melihat nafsu
menipu kami dan hari-hari melengahkan kami; padahal maut telah
mengepak-ngepakkan sayapnya diatas kepala kami. Bagaimana kami tidak akan
menangis, bila kami kenang saat menghembuskan nafas yang terakhir. Kami
menangis karena kegelapan kubur kami.
Kami
menangis karena kesempitan lahat kami. Kami menangis karena pertanyaan munkar
dan nakir kepada kami. Kami menangis karena kami akan keluar dari kuburan kami
dalam keadaan telanjang dan hina sambil memikul beban dosa diatas
punggung-punggung kami. Lalu kami melihat ke kiri dan ke kanan, keadaan kami
berbeda dengan keadaan orang lain, wajah-wajah mereka terang ceria gembira;
sedangkan muka-muka kami pada hari itu berdebu, tertutup kelabu dan kehinaan.
Ya
Allah, lindungi kami dari kemurkaanMu, lepaskan kami dari azabMu, curahi kami
dengan anugerahMu sibukkan kami dengan zikir kepadaMu. Ya Allah, ampunilah
dosa-dosa kami dan dosa-dosa orangtua kami. Sayangilah mereka sebagaimana
mereka menyayangi kami ketika kami masih kecil. Balaslah kebaikan mereka dengan
kebaikanMu, balaslah kesalahan mereka dengan ampunanMu.
Ya
Allah, ampunilah kaum mukminin dan mukminat baik yang masih hidup maupun yang
sudah wafat. Gabungkanlah kami dengan mereka dalam kebaikan.
Ya
Allah, dari karuniaMu berilah kami rizki yang luas, halal dan baik. Berikan
kepada para pemimpin kami rasa keadilan dan kasih sayang. Penuhi seluruh rakyat
negeri ini dengan kesadaran dan keutamaan akhlak. Tanamkan pada diri orang kaya
sikap rendah hati dan kedermawanan. Masukkan dalam hati orang-orang miskin di
antara kami kesabaran dan kecukupan. Berikan kepada orang-orang sakit di antara
kami kesembuhan dan ketentraman. Anugrahkan kepada orang-orang yang mendapat
musibah jalan keluar dan kesabaran. Karuniakan kepada para mujahid Muslimin di
Ambon, Aceh, Chechen, Kasymir, dan di seluruh bagian dunia yang lain pertolongan
dan kemenangan. .Ya Allah, dari kasih-sayang-Mu yang meliputi langit dan bumi,
liputilah seluruh penghuni negeri ini dengan kasih-Mu, sehingga kami dapat
hidup bersama dalam cinta dan kasih sayang.
Bukakan
pintu keberkahan untuk kami dari langit dan bumi. Subhana rabbika rabbil
‘izzati ‘amma yashifun wa salamun ‘alal mursalin. Walhamdulillahi rabbil
‘alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar