Selasa, 27 Januari 2015

Berharganya Sesuatu Terkadang Diketahui Saat Ia Tiada



Aku seorang pengusaha kaya, dan usahaku dapat digolongkan sebagai sebuah usaha yang sukses, usahaku banyak bergelut di Bidang Industri, baik itu dari bahan menta, setenga jadi bahkan barang yang jadi. Mulai dari pakaian, peternakan, perikanan, mebel, sepatu dan sebagainya. Dan prekonomian rumah tanggakupun berada di garis orang yang sangat sangat mampu, kami hidup serba berkecukupan, bahkan apa yang kudamba dambakan yaitu seorang istri yang cantik, pintar dan pengertian kini jadi kenyataan. Sekarang ini, aku sudah memiliki dua orang anak, yang tua adalah seorang perempuan, ia bernama Devi Maulida, dan yang bungsu adalah seorang anak laki laki, namanya Fatur Rahim. Yang tua sudah berumur 6 tahun, sedangkan yang laki laki kira kira berumur 3 tahun, atau hampir mamasuki 4 tahun. Anakku yang perempuan sangat cantik sedangkan yang laki laki juga sangat ganteng, kulit mereka putih, mereka memiliki bola mata yang indah, dan gigi yang teratur. Intinya kami hidup serba bahagia.
Sejak aku kecil, di mana aku kira kira baru berumur 3 tahun, orang tua kami mengalami kecelakaan, sehingga mulai dari kecil aku tidak pernah merasakan yang namanya kasih sayang seorang ibu dan seorang ayah. Aku hanya memiliki seorang kakak perempuan  dan ia masih pada tingkat kelas II SMA. Mulai saat itu, kami dirawat oleh tante kami, tapi tentunya kasih sayang seorang ibu di banding kasih sayang tante tidak akan bisa disamakan, selain itu tante kami adalah seorang wanita karier, sehingga sedikit sekali waktu yang ia punya diluangkan untuk kami.
Disaat  umur 35 tahun ini, tentunya umur kakak saya sudah hampir kepala 50-an. Dan hampir tiap hari ia mengirim SMS atau menelpon langsung ke Handphoneku, baik itu memberi kabar atau bertanya tentang kabar. Ia sekarang tinggal di Bandung, karena suaminya sekarang tugas di bandung, ia dulunya adalah karyawan sebuah perusahaan ekspor Inpor barang, tapi ternyata bos menaruh hati padanya, dan cintapun tak bertepuk sebelah tangan, akhirnya mereka menikah dan memiliki keturunan. Aku yang pengusaha, pastinya sangat kesal apabila diganggu saat bekerja, apalagi saat ada masalah di perusahaan, dan kakakku langsung menelpon hanya untuk mengingatkan hal yang tidak penting menurutku, contoh, ayo tidur, sudah sarapan belum, mandi dan sebagainya. Ia orangnya sangat perhatian, bahkan karena perhatiannya aku selalu merasa terganggu.
Kemarin lusa aku dengar ia kurang enak badang, tapi menurutku itu hanya hal yang biasa, mungkin karena lelah atau kurang tidur. Dan kemarinnya lagi, aku diberitahu bahwa ia demam tinggi dan masuk rumah sakit, kata dokter ia menderita gejala tipes. Dan berhubung bulan yang lalu, aku memiliki sebuah janji dengan sebuah perusahaan dari luar negeri, kami akan melakukan ekspor inpor barang yang dapat  di katakan sebagai usaha besar besaran, dan janjinya adalah besok, jadi untuk mengurus segala hal hal yang kami perlukan untuk menjalin usaha ini, aku pastinya sangat sibuk, sampai sampai akhir akhir ini aku sering makan siang saat jam 04 sore. Aku berfikir apakah aku perlu untuk pergi menjenguk kakak atau tidak. Jadi terpaksa aku meminta istriku saja yang pergi sendiri ke Bandung, dan ia siap.
Selama ini, sangat jarang aku pergi mengunjunginya paling ia yang mengunjungiku atau aku mengunjunginya saat hari raya. Aku bahkan tidak pernah menanyakan kedaannya, soalnya menurutku jika ada apa apa, pasti ia akan langsung cerita. Keesokan harinya, kami sudah siap untuk menyambut kedatangan ketua dari Perusahaan Australia itu, dan seperti umumnya kami saling berbasa basi dulu dan tak langsung ke permasalahan, kami saling terbuka keadaan perusahaan kami masing masing, walaupun kami sebenarnya sudah tahu detailnya perusahaan  sesama rekan. Dan sekitar jam 02 siang, kami baru memulai kelanjutan dari kerjasama kami, sekitar satu jam rapat telah berlangsung, Hpku berdering dan untuk menjaga perasaan dan keterhormatan rekan kerjasama dari Perusahaan Australia, maka aku langsung mematikan Hpku dan menon Aktifkannya.
Hingga berlangsung selama sehari penuh ini, akhirnya tercapai kesepakatan anatara perusahaan kami. Karena seriusnya diriku dalam kerjasama ini, aku lupa bagaimana kabar kakakku yang masuk rumah sakit, karena kelelahan aku memilih tidur di kantor saja. Ke esokan harinya, sekertatisku datang dengan wajah yang murung ke padaku, aku bertanya tanya sendiri dalam hati
ada apa gerangan ?
“ Maaf pak, tabahkan diri anda.
“Apa maksudmu Sri ?
“ Maaf pak, ini mungkin sangat mengejutkan buat anda. Tepat pukul 02 tengah malam tadi, kami mendapat kabar dari nyonya bahwa kakak perempuan bapak telah kembali ke Hadapan Allah.
Aku yang baru bangun dan langsung mendapat kabar dari sekretaris saya bahwa kakak saya meninggal tadi malam sekitar jam 02 lewat tengah malam. Alangkah kagetnya diriku saat itu yang baru bangun dari nyenyaknya tidurku.
“Sri, jangan bercanda Sri !
“ Maafkan saya Pak, Tapi saya tidak bercanda, dan kabar ini langsung kami dengar dari Nyonya sendiri untuk memberitahu anda kabar ini, karena mulai kemarin siang Hp bapak tidak pernah aktif.
Tak bisa tertahankan lagi, air mataku turun bercucuran membasahi pipiku, aku benar benar tidak bisa menerima berita duka ini, kakak perempuanku yang dari kecil merawatku, mendidikku dan mengarahkan. Ia bagaikan seorang ibu yang sangat perhatian kepada anaknya. Dan hingga aku berkeluargapun, ia masih sangat perhatian kepadaku, bahkan aku ini selalu saja menganggapnya menggangguku, bahkan aku merasa di perlakukan seperti anak kecil. Dan apa yang telah kuperbuat kepadanya. Tidak ada, tidak ada sama sekali yang telah ku perbuat untuknya, menjadi adik yang perhatian tidak pernah !. Aku melangkah ke mobil yang telah di siapkan oleh sekertarisku, tak ada yang kuingat lagi kecuali ingin melihat wajah kakakku, baik itu pakaian, uang semuanya kulupa, rasanya ingin kuputar waktu ini kembali ke masa lalu, dan akan ku ubah semua sifatku serta kutumpahkan kasih sayangku kepadanya yang selama ini kuacuhkan.
Ingin rasanya aku langsung sampai di sana, dan meminta maaf ke kakakku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar