Sekitar Ajaran Anand Krishna
Oleh M. Amin Djamaluddin
Ketua LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam)
Oleh M. Amin Djamaluddin
Ketua LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam)
Pengantar Redaksi Swaramuslim:
Anand Krishna adalah salah satu provokator, ia meprovokasi terutama masyarakat Hindu Bali untuk menolak RUU APP. Sehubungan dengan hal itu, kami sajikan tulisan yang membahas “Sekitar Ajaran Anand Krishna” kepada pembaca swaramuslim, sehingga dapat memahami letak kesesatan ajaran tersebut.
SEBAGAI sebuah fenomena keagamaan, kemunculan ajaran model Anand Krishna sudah diantisipasi Allah melalui berbagai ayat dalam Al-Qur'an. Anand Krishna menjadikan sinkretisme sebagai dasar pijakannya, namun sesungguhnya dia sedang berusaha dengan caranya (melalui pendekatan meditasi dan sebagainya) untuk meniadakan Agama dan konsep Ketuhanan itu sendiri.
Semangat sinkretisasi yang merupakan kedok semata, pada ajaran model Anand Krishna, sudah sering kita temui pada doktrin freemasonry yang terbit dari Barat. Bisa dikatakan, ajaran Anand Krishna adalah freemasonry yang terbit dari Timur. Semangat dan tujuan keduanya sama, yaitu menyesatkan dan memurtadkan.
1. Konsepsi Ketuhanan Anand
Krishna
Menurut pemahaman Anand
Krishna, "Tuhan" bukanlah dzat yang Maha Mulia, tapi sebatas pada
sistem yang ada di dalam diri manusia. Jadi kedudukan Tuhan menurut konsep Anand lebih rendah dari manusia, karena
Tuhan sederajat dengan sistem kesadaran pada diri manusia, atau sistem sel pada
otak manusia. Jadi, Tuhan itu bagian dari makhluk (manusia), bukan al-Khalik,
begitu menurut pemahaman Anand Krishna.
Sistem kesadaran pada manusialah yang kemudian melahirkan adanya "Tuhan". Manusia merasa inferior, maka perlu
mendapat perlindungan dari sesuatu yang lebih superior. Maka kesadaran akan
adanya hal inilah yang secara otomatis melahirkan "kebutuhan" akan
"Tuhan", dengan nama yang berbeda-beda (ada yang menyebutnya Widhi,
Yang Satu dan sebagainya). Jadi, pemahaman konsep "Tuhan" yang
dihasilkan Anand sama saja dengan pemahaman yang selama ini disosialisasikan
oleh kalangan kiri
(Marxisme dan sebagainya).
Dalam buku berjudul "Asmaul Husna", halaman 43, Anand Krishna menuliskan: "Yang
membentuk dalam kepribadian kita, yang menentukan pemahaman kita, yang
memberikan daya pikir kepada kita, itulah Allah, itulah Tuhan, itulah Widhi,
itulah Yang Satu, walaupun dipanggil dengan berbagai nama".
Masih pada buku yang sama, halaman 175, Anand mengatakan: "Agama kita
memang berbeda tapi jangan mengkotak-kotakkan Tuhan, ini Tuhanmu, itu Tuhanku.
Bagaimana kita dapat membagi-bagikan Tuhan Yang Maha Tunggal adanya."
Sedangkan pada halaman 177, Anand mengatakan: "Ketahuilah bahwa Allah
yang kita sembah, Tuhan yang mereka percaya itu sama dan satu adanya. Sembahlah
Ia yang adalah Al-Ahad."
Kecenderungan itu juga bisa dilihat pada buku lainnya berjudul "AH! Mereguk
Keindahan Tak Terkatakan" halaman 80, yaitu: "Tuhan itu Maha Adil adanya. Tuhan itu Maha
Pengasih adanya. Semuanya hanyalah 'atribut-atribut' yang anda berikan kepada
Tuhan…"
Jadi, karena sifat manusia yang cenderung tidak adil, bahkan kepada dirinya
sendiri, maka sistem kesadarannya menciptakan "Tuhan" yang bersifat
Maha Adil, Maha Pengasih, dan sebagainya. Begitulah konsep "Tuhan"
menurut Anand.
Masih pada buku berjudul "AH! Mereguk Keindahan Tak Terkatakan" khususnya di halaman 99, Anand menilai "Tuhan"
sebagai makhluk yang haus perhatian. Dengan kata lain Anand menilai
"Tuhan" sebagai sosok yang mengalami gangguan kejiwaan sehingga
membutuhkan seorang psikolog atau psikiater. Tulisan Anand mengenai hal itu
adalah sebagai berikut:
"Yang tua akan mati. Yang mati akan lahir kembali dan yang lahir
kembali akan mati lagi. Lalu, di balik kelahiran dan kematian berulang kali
--adakah satu tujuan?"
"Timur Tengah akan menjawab, 'Agar manusia bisa beribadah kepada-Nya.'
Asia Tengah akan menjawab, 'Agar manusia mencapai kesempurnaan dan bisa kembali
kepada-Nya.' Masih banyak jawaban lain yang dapat kita peroleh
--jawaban-jawaban yang sangat janggal."
"Jawaban 'agar manusia bisa beribadah kepada-Nya' melahirkan sosok
Tuhan yang haus perhatian. Ia membutuhkan seorang psikolog, seorang psikiater.
Begitu hausnya Dia akan perhatian, sehingga menciptakan dunia yang amburadul
dan tidak terurusi dengan baik."
Pernyataan Anand di atas, juga sangat melecehkan ayat Al-Qur'an, surat Adz-Dzaariyaat (51)
ayat 56: "Dan AKU
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-KU."
Pada buku lain, Anand menunjukkan konsistensinya dalam pemahaman
"Tuhan" sebagai "ciptaan" manusia. Pada bukunya berjudul "Surah-surah
Terakhir Al-Quranul Karim Bagi Orang Modern, Sebuah Apresiasi" halaman 8, Anand mengatakan: "Baik
dan buruk, dua-duanya berada dalam pikiran kita. Lalu, kita pula yang
menghubung-hubungkan kebaikan dengan apa yang kita sebut 'Tuhan' dan kejahatan
dengan apa yang kita sebut 'Setan'…"
Jadi, "Tuhan" tidak saja lebih rendah dari manusia, karena
"Tuhan" dilahirkan melalui sistem kesadaran yang ada di dalam diri
manusia, bahkan lebih jauh dari itu, menurut Anand, "Tuhan" itu
sejenis atau sederajat dengan "setan" yang juga merupakan ciptaan
manusia melalui sistem kesadarannya.
2. Melecehkan Syariah Islam
Mengenai jilbab, Anand mengatakan: "Mereka yang menutup rapat badannya
(memakai jilbab --pen) tidak lebih baik daripada mereka yang memamerkan
badannya. Dua-duanya
berada pada kesadaran lahiriyah." (Buku "AH! Mereguk Keindahan Tak
Terkatakan" hal. 34).
Disamping cenderung melecehkan, pernyataan Anand Krishna di atas menunjukkan bahwa telah terjadi gangguan serius pada konsep moral dalam dirinya, sehingga ia menilai sama saja antara orang telanjang dengan berpakaian.
Sedangkan pada buku "Telaga Pencerahan Di Tengah Gurun Kehidupan" halaman 20, Anand Krishna tidak saja melecehkan, tetapi menyebutkan bahwa sumber hukum tentang jilbab tidak jelas: “Saya bertanya pada seorang wanita, mengapa ia selalu menutup lehernya, padahal cuaca di Jakarta cukup panas dan saya melihat bahwa ia sendiri kegerahan… 'Mengapa kau tidak buka saja lehermu itu?' Saya terkejut sekali mendengarkan jawabannya, 'Cowok-cowok biasanya terangsang melihat leher cewek, itu sebabnya saya menutupinya.' Ia membenarkan hal itu dengan menggunakan dalil… Lucu, aneh! Ia diperbudak oleh peraturan-peraturan yang sumbernya pun tidak jelas."
Selain melecehkan ketentuan berjilbab, Anand Krishna dalam bukunya berjudul "AH! Mereguk Keindahan Tak Terkatakan" (hal. 61-62) juga melecehkan hukum qishosh (balasan pembunuhan) dan diyat (denda pembunuhan). Tulisan itu sebagai berikut:
"Baru-baru ini seorang tokoh masyarakat menyatakan, agar mereka yang dianggapnya 'berdosa' terhadap masyarakat Aceh diadili di Aceh, dengan menggunakan hukum adat Aceh. Lalu, ia mnejelaskan bahwa berdasarkan hukum adat, seorang pembunuh harus diberi hukuman mati atau membayar denda. Dengan apa pula denda yang ia maksudkan? Seorang pembunuh harus membayar denda onta, yaitu 50 ekor onta, yang ia rupiahkan menjadi Rp 250 juta. Satu onta dihargai Rp 5 juta. Saya cuma bisa menggeleng-gelengkan kepala saya. Jika hukum seperti itu diberlakukan, mereka yang berduit dengan sangat mudah bisa memperoleh SIM (Surat Izin Membunuh). Bayangkan, dengan satu miliar rupiah saja, anda sudah boleh membunuh empat orang. Bahkan, nantinya bisa-bisa pemerintah tingal jual 'Kartu Membunuh Pra-Bayar'. Kalau sudah habis pulsa tinggal diisi ulang."
Masih melalui tulisan yang sama, Anand tidak saja melecehkan hukum qishosh dan ketentuan diyat, ia juga telah merendahkan para sahabat Nabi Muhammad SAW, yang dianggapnya sebagai manusia yang belum cukup sadar akan nilai kemanusiaan, dan hanya faham satu-satunya bahasa yaitu bahasa materi. Ini satu penghinaan yang sangat nyata, yang maknanya adalah menghinda Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah Syariah Islam, dan bahkan menghina Allah SWT yang mewahyukan ketentuan tersebut.
"Sang tokoh tadi tidak sadar bahwa hukum seperti itu mungkin sangat efektif di masa lalu. Ketika, seorang bisa membunuh orang lain hanya karena satu onta, hukuman membayar 50 onta menjadi sangat bermakna. Sangat berarti dan sangat efektif untuk membuat si calon pembunuh berfikir 50 kali. Jelas, hukum seperti itu tidak bisa diperlakukan lagi. Taruhlah, angka 50 onta diganti menjadi 500 onta, atau 5000 onta --yang jelas, nyawa manusia tidak bisa dihargai dan dinilai demikian."
"Seribu limaratus tahun yang lalu, adanya hukum seperti itu di tanah Arab bisa difahami. Masyarakat Arab saat itu masih belum cukup sadar akan nilai-nilai kemanusiaan. Satu-satunya bahasa yang mereka fahami adalah bahasa materi. Dan 'materi pada zaman itu, dikaitkan dengan jumlah onta atau domba yang dimiliki oleh seseorang. Sekarang ceritanya sudah lain."
Dari beberapa contoh dan uraian di atas, sudah dapat dengan jelas ditarik kesimpulan, bahwa ajaran Anand Krishna sangat merendahkan dan mengacaukan konsep tentang Tuhan. Selain itu, ia tidak saja meragukan ajaran agama, khususnya Islam, tetapi justru melecehkan, dengan dalih "saya hanya seorang penyelam".
Timbul pertanyaan, mengapa PT Gramedia mau menerbitkan dan memasarkan buku-buku Anand Krishna yang ajarannya sangat melecehkan agama, khususnya Islam? Adakah Gramedia menyimpan motif tertentu?
Disamping cenderung melecehkan, pernyataan Anand Krishna di atas menunjukkan bahwa telah terjadi gangguan serius pada konsep moral dalam dirinya, sehingga ia menilai sama saja antara orang telanjang dengan berpakaian.
Sedangkan pada buku "Telaga Pencerahan Di Tengah Gurun Kehidupan" halaman 20, Anand Krishna tidak saja melecehkan, tetapi menyebutkan bahwa sumber hukum tentang jilbab tidak jelas: “Saya bertanya pada seorang wanita, mengapa ia selalu menutup lehernya, padahal cuaca di Jakarta cukup panas dan saya melihat bahwa ia sendiri kegerahan… 'Mengapa kau tidak buka saja lehermu itu?' Saya terkejut sekali mendengarkan jawabannya, 'Cowok-cowok biasanya terangsang melihat leher cewek, itu sebabnya saya menutupinya.' Ia membenarkan hal itu dengan menggunakan dalil… Lucu, aneh! Ia diperbudak oleh peraturan-peraturan yang sumbernya pun tidak jelas."
Selain melecehkan ketentuan berjilbab, Anand Krishna dalam bukunya berjudul "AH! Mereguk Keindahan Tak Terkatakan" (hal. 61-62) juga melecehkan hukum qishosh (balasan pembunuhan) dan diyat (denda pembunuhan). Tulisan itu sebagai berikut:
"Baru-baru ini seorang tokoh masyarakat menyatakan, agar mereka yang dianggapnya 'berdosa' terhadap masyarakat Aceh diadili di Aceh, dengan menggunakan hukum adat Aceh. Lalu, ia mnejelaskan bahwa berdasarkan hukum adat, seorang pembunuh harus diberi hukuman mati atau membayar denda. Dengan apa pula denda yang ia maksudkan? Seorang pembunuh harus membayar denda onta, yaitu 50 ekor onta, yang ia rupiahkan menjadi Rp 250 juta. Satu onta dihargai Rp 5 juta. Saya cuma bisa menggeleng-gelengkan kepala saya. Jika hukum seperti itu diberlakukan, mereka yang berduit dengan sangat mudah bisa memperoleh SIM (Surat Izin Membunuh). Bayangkan, dengan satu miliar rupiah saja, anda sudah boleh membunuh empat orang. Bahkan, nantinya bisa-bisa pemerintah tingal jual 'Kartu Membunuh Pra-Bayar'. Kalau sudah habis pulsa tinggal diisi ulang."
Masih melalui tulisan yang sama, Anand tidak saja melecehkan hukum qishosh dan ketentuan diyat, ia juga telah merendahkan para sahabat Nabi Muhammad SAW, yang dianggapnya sebagai manusia yang belum cukup sadar akan nilai kemanusiaan, dan hanya faham satu-satunya bahasa yaitu bahasa materi. Ini satu penghinaan yang sangat nyata, yang maknanya adalah menghinda Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah Syariah Islam, dan bahkan menghina Allah SWT yang mewahyukan ketentuan tersebut.
"Sang tokoh tadi tidak sadar bahwa hukum seperti itu mungkin sangat efektif di masa lalu. Ketika, seorang bisa membunuh orang lain hanya karena satu onta, hukuman membayar 50 onta menjadi sangat bermakna. Sangat berarti dan sangat efektif untuk membuat si calon pembunuh berfikir 50 kali. Jelas, hukum seperti itu tidak bisa diperlakukan lagi. Taruhlah, angka 50 onta diganti menjadi 500 onta, atau 5000 onta --yang jelas, nyawa manusia tidak bisa dihargai dan dinilai demikian."
"Seribu limaratus tahun yang lalu, adanya hukum seperti itu di tanah Arab bisa difahami. Masyarakat Arab saat itu masih belum cukup sadar akan nilai-nilai kemanusiaan. Satu-satunya bahasa yang mereka fahami adalah bahasa materi. Dan 'materi pada zaman itu, dikaitkan dengan jumlah onta atau domba yang dimiliki oleh seseorang. Sekarang ceritanya sudah lain."
Dari beberapa contoh dan uraian di atas, sudah dapat dengan jelas ditarik kesimpulan, bahwa ajaran Anand Krishna sangat merendahkan dan mengacaukan konsep tentang Tuhan. Selain itu, ia tidak saja meragukan ajaran agama, khususnya Islam, tetapi justru melecehkan, dengan dalih "saya hanya seorang penyelam".
Timbul pertanyaan, mengapa PT Gramedia mau menerbitkan dan memasarkan buku-buku Anand Krishna yang ajarannya sangat melecehkan agama, khususnya Islam? Adakah Gramedia menyimpan motif tertentu?
Tumpukan Buku Buku Anand Krishna di Gramedia
Sumber Tempo Photo
Sumber Tempo Photo
3. Pujian dan Dukungan Terhadap
Pemikiran Anand Krishna
Rupanya pengikut dan pendukung ajaran Anand Krishna meliputi juga kalangan cendekiawan Islam, sebagaimana bisa dilihat dari pujian Dr. Nasruddin Umar, MA (Pembantu Rektor IV IAIN Jakarta), yang pada buku "Surah-surah Terakhir Al-Quranul Karim Bagi Orang Modern" banyak memberikan pujian.
Pujian yang diberikan Dr. Nasruddin tentu saja sangat mengherankan, karena pada kenyataannya, isi buku tersebut sangat menyesatkan, serta mengandung kebohongan besar tentang Nabi Muhammad SAW, yang oleh Anand Krishna (pada halaman 43) dituliskan seolah-olah Nabi Muhammad pernah mengatakan: "Aku adalah Ahmad tanpa mim. Berarti, akulah Ahad. Ia Yang Maha Esa! Juga aku adalah Arab tanpa 'ain. Berarti, akulah Rabb --Ia Yang Maha Pencipta, Maha Melindungi, Maha Menguasai!"
Pujian lain yang dituliskan Dr. Nasruddin Umar, MA banyak menghiasi halaman xii dan xvii serta xviii, sebagai berikut:
--halaman xii:
Keseimbangan sifat-sifat maskulinitas dan feminitas Tuhan terungkap secara elegan di ketiga surah ini.
Ini membuktikan bahwa pemahaman Al-Qur'an bukan hanya hak prerogatif sekelompok umat Islam tetapi Al-Qur'an betul-betul sebagai rahmat bagi semua (rahmatin lil 'alamin).
Komentar:
Rupanya tidak sekedar pujian yang meluncur dari Dr. Nasruddin, juga kesesatan yang sama. "Tuhan" digambarkannya memiliki sifat maskulin dan feminin yang seimbang, padahal kedua sifat itu hanya melekat pada makhluk.
Pengertian rahmatin lil 'alamin diselewengkan menjadi "siapa saja boleh menerjemahkan Al-Qur'an sesuai kemauannya".
--halaman xvii:
Ketiga surah ini mengingatkan manusia akan fungsinya sebagai hamba ('abid) dan sebagai representasi Tuhan di bumi (khalifatun fi al-ardh).
Komentar:
Manusia bukanlah representasi atau wakil Tuhan, tetapi hamba Allah. Justru dalam do'a safar (bepergian), Allah-lah sebagai khalifatuna, yang berarti pengganti atau wakil kami.
Keseimbangan sifat-sifat maskulinitas dan feminitas Tuhan terungkap secara elegan di ketiga surah ini.
Ini membuktikan bahwa pemahaman Al-Qur'an bukan hanya hak prerogatif sekelompok umat Islam tetapi Al-Qur'an betul-betul sebagai rahmat bagi semua (rahmatin lil 'alamin).
Komentar:
Rupanya tidak sekedar pujian yang meluncur dari Dr. Nasruddin, juga kesesatan yang sama. "Tuhan" digambarkannya memiliki sifat maskulin dan feminin yang seimbang, padahal kedua sifat itu hanya melekat pada makhluk.
Pengertian rahmatin lil 'alamin diselewengkan menjadi "siapa saja boleh menerjemahkan Al-Qur'an sesuai kemauannya".
--halaman xvii:
Ketiga surah ini mengingatkan manusia akan fungsinya sebagai hamba ('abid) dan sebagai representasi Tuhan di bumi (khalifatun fi al-ardh).
Komentar:
Manusia bukanlah representasi atau wakil Tuhan, tetapi hamba Allah. Justru dalam do'a safar (bepergian), Allah-lah sebagai khalifatuna, yang berarti pengganti atau wakil kami.
4. Beberapa Komentar
Untuk melengkapi makalah ini kami sajikan percikan pemikiran Anand Krishna dari beberapa bukunya, yang dirangkum staff LPPI.
a. Buku "Surah-surah Terakhir Al-Quranul Karim"
--halaman 8:
Baik dan buruk, dua-duanya berada dalam pikiran kita. Lalu, kita pula yang menghubung-hubungkan kebaikan dengan apa yang kita sebut "Tuhan dan kejahatan dengan apa yang kita sebut "setan".
--halaman 10:
Saya seorang penyelam. Apa salahnya jika saya menyelami lautan luas Al-Qur'an? Saya bukan seorang ulama, bukan seorang sastrawan, bukan pula seorang cendekiawan atau ahli filsafat. Kemampuan selam saya pun sangat terbatas. Namun dengan segala keterbatasan itu, saya menemukan betapa indahnya perut laut. Betapa indahnya "kandungan" Al-Qur'an. Saya ingin berbagi rasa, "Begini lho pengalamanku selama menyelami Al-Qur'an." Itu saja. Tidak lebih, tidak kurang.
Komentar:
Al-Qur'an memerintahkan, agar mereka yang tidak mengerti harus bertanya kepada ahludz dzikir yaitu Ahli Al-Qur'an. Dalam hal ini, Anand Krishna termasuk yang tidak mengerti. Apalagi status formal keislamannya juga tidak jelas. Oleh karena itu, bagaimana ia bisa menyebut dirinya menyelami bila tidak punya peralatan menyelam?
Rasulullah bersabda: "Takutlah kamu pada hadits dariku kecuali apa-apa yang kamu ketahui. Maka barangsiapa yang dusta atasku dengan sengaja maka hendkalah menempati tempat duduknya di neraka, dan barangsiapa yang mengatakan tentang Al-Qur'an dengan pendapatnya sendiri maka hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka." (HR At-Tirmidzi, juz 4, halaman 268).
--halaman 12-13:
"…Menurut pendeta itu, dia pun mulai menghormati ajaran Islam setelah membaca buku-buku Bapak (Anand Krishna --Ed.)."
"Bapak harus menulis lebih banyak tentang ajaran-ajaran Islam. Biar banyak lagi buku-buku yang bersifat universal."
"Hari ini, saya bisa mengatakan, saya mencintai Islam sebagaimana saya mencintai agama saya sendiri. Saya tidak perlu meninggalkan agama saya. Saya tidak perlu masuk agama Islam. Untuk menghormati Nabi Muhammad saya juga tidak perlu melepaskan keyakinan saya pada Yesus…"
Komentar:
Ini sangat menyesatkan. Antara lain mengandung pengertian, bahwa untuk mencintai Islam kita tidak perlu masuk Islam, atau ajaran Islam yang sebenarnya hanyalah menjadikan orang agar tidak perlu Islam.
"…Menurut pendeta itu, dia pun mulai menghormati ajaran Islam setelah membaca buku-buku Bapak (Anand Krishna --Ed.)."
"Bapak harus menulis lebih banyak tentang ajaran-ajaran Islam. Biar banyak lagi buku-buku yang bersifat universal."
"Hari ini, saya bisa mengatakan, saya mencintai Islam sebagaimana saya mencintai agama saya sendiri. Saya tidak perlu meninggalkan agama saya. Saya tidak perlu masuk agama Islam. Untuk menghormati Nabi Muhammad saya juga tidak perlu melepaskan keyakinan saya pada Yesus…"
Komentar:
Ini sangat menyesatkan. Antara lain mengandung pengertian, bahwa untuk mencintai Islam kita tidak perlu masuk Islam, atau ajaran Islam yang sebenarnya hanyalah menjadikan orang agar tidak perlu Islam.
--halaman 13:
"Bagi para pengkritik, saya hanya ingin menyampaikan satu hal. Jika lewat buku-buku yang anda anggap sangat "pop" dan "tidak cukup bermutu" ini, kita berhasil mempersatukan bangsa kita, jika kita berhasil membuat seorang Kristen mulai menghargai Islam dan seorang Muslim mulai menghargai Budha, dan seorang Budhis mulai menghargai Hindu, lalu apa salahnya?
Komentar:
Tujuan yang diandai-andaikan itu belum tentu terwujud. Dan kalau toh terwujud pun belum tentu Islam menginginkan sikap saling menghargai yang semu dan salah kaprah tersebut. Sementara itu, ketika andai-andai itu belum terwujud, yang sudah pasti adalah, Anand telah mengacak-acak pengertian Al-Qur'an, semaunya, tanpa landasan dan dalil yang benar. Jadi, yang dilakukan Anand bukan menghargai Islam, justru merusak Islam secara sengaja dan sistematis.
Dalam Al-Qur'an ditegaskan, ummat Islam berlepas diri dari kekafiran dan penyembahan berhala yang dilakukan oleh kaum musyrikin, dan tegas-tegas ada pernyataan tentang permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya. Sebagaimana ditegaskan oleh Nabi Ibrahim As dan pengikutnya terhadap kaum kafir-musyrik: "Sesungguhnya kami berlepas diri dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekufuranmu) dan telah nyata antara kami dan kamu, permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja." [QS Al-Mumtahanah (60) ayat 4].
--halaman 14:
Buku-buku saya adalah hasil "kegelisahan" saya, "kekecewaan" saya terhadap bangsa kita yang sedang dilanda fanatisme kelompok dan agama.
Komentar:
Menjadikan Al-Qur'an dan Islam sebagai objek melampiaskan kegelisahan jelas tidak pada tempatnya. Apalagi bila "kegelisahan" yang dimaksudnya bertabrakan dengan Al-Qur'an. Fanatisme dalam Islam adalah wajib, sebagai pernyataan Nabi Ibrahim pada surat di atas. "Kegelisahan" yang bagaimana yang sebenarnya yang dimaksud Anand, sehingga ia merasa punya hak untuk menggunakan Al-Qur'an untuk menohok Al-Qur'an pula?
Buku-buku saya adalah hasil "kegelisahan" saya, "kekecewaan" saya terhadap bangsa kita yang sedang dilanda fanatisme kelompok dan agama.
Komentar:
Menjadikan Al-Qur'an dan Islam sebagai objek melampiaskan kegelisahan jelas tidak pada tempatnya. Apalagi bila "kegelisahan" yang dimaksudnya bertabrakan dengan Al-Qur'an. Fanatisme dalam Islam adalah wajib, sebagai pernyataan Nabi Ibrahim pada surat di atas. "Kegelisahan" yang bagaimana yang sebenarnya yang dimaksud Anand, sehingga ia merasa punya hak untuk menggunakan Al-Qur'an untuk menohok Al-Qur'an pula?
--halaman 16:
Dalam empat surah ini, Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas, tersimpan rahasia Al-Qur'an. Inilah pesan Sufi, pesan Injil, pesan Zabur, pesan Taurat, pesan Vedanta dan pesan Budha. Ini pula pesan Islam!
Komentar:
Astaghfirullaahal 'Adhiem. Keempat surat itu adalah Kalamullah, ayat-ayat Allah. Bukan pesan Sufi. Bukan pesan Vedanta, dan juga bukan pesan Budha. Kalau Anand bertangung jawab, seharusnya ia tunjukkan secara rinci dan jelas, ayat mana yang merupakan pesan Sufi, Vedanta, dan Budha?
Kalau klaim Anand bukan klaim kosong semata, seharusnya ia mampu menunjukkan salah satu ayat dari empat surat itu yang benar-benar pesan Taurat, Injil dan Zabur. Lalu, tunjukkan pula dari mana ia mendapatkan keterangan itu.
Nampaknya Anand cuma bermaksud mengaduk-aduk dan mengacak-acak Al-Qur'an dengan pernyataan yang sama sekali tidak bisa ia pertanggung jawabkan. Lalu, benarkah Sufi itu ajarannya sesuai dengan Al-Qur'an sehingga Anand Krishna bisa mengatakan bahwa "inilah pesan Sufi?"
--halaman 21:
Bagi sheikh Baba (guru selam Anand Krishna), Malaikat Jibril adalah "Kesadaran Tinggi" dalam diri Sang Nabi, sewaktu-waktu ia bisa berkontak dengan "Kesadaran Tinggi" dalam dirinya dan memperoleh "tuntunan serta bimbingan" yang dibutuhkannya. Beliau (Sheikh Baba, guru selam Anand Krishna) pernah menjelaskan: "Kesadaran Tinggi dalam diri manusia adalah pancaran Kesadaran Murni yang disebut Allah, Tuhan, Ishwara, Ahura Mazda, atau Satnaam…"
Komentar:
Na'udzubillaahi min dzaalik. Secara gegabah Anand Krishna melandasi uraiannya tentang surat Al-Ikhlas dengan aqidah kemusyrikan, yaitu menyebutkan Malaikat Jibril sebagai "Kesadaran Tinggi" dalam diri Sang Nabi. Sedangkan "Kesadaran Tinggi" dalam diri manusia adalah pancaran "Kesadaran Murni" yang disebut (antara lain) Allah. Pernyataan tersebut jelas ngawur. Sebab Allah dan Jibril adalah dua dzat yang berbeda, Allah adalah Al-Khalik, pencipta Jibril. Sedangkan bila menuruti konsep Anand, Allah hanyalah "level yang lebih tinggi saja dari Jibril".
Bagi sheikh Baba (guru selam Anand Krishna), Malaikat Jibril adalah "Kesadaran Tinggi" dalam diri Sang Nabi, sewaktu-waktu ia bisa berkontak dengan "Kesadaran Tinggi" dalam dirinya dan memperoleh "tuntunan serta bimbingan" yang dibutuhkannya. Beliau (Sheikh Baba, guru selam Anand Krishna) pernah menjelaskan: "Kesadaran Tinggi dalam diri manusia adalah pancaran Kesadaran Murni yang disebut Allah, Tuhan, Ishwara, Ahura Mazda, atau Satnaam…"
Komentar:
Na'udzubillaahi min dzaalik. Secara gegabah Anand Krishna melandasi uraiannya tentang surat Al-Ikhlas dengan aqidah kemusyrikan, yaitu menyebutkan Malaikat Jibril sebagai "Kesadaran Tinggi" dalam diri Sang Nabi. Sedangkan "Kesadaran Tinggi" dalam diri manusia adalah pancaran "Kesadaran Murni" yang disebut (antara lain) Allah. Pernyataan tersebut jelas ngawur. Sebab Allah dan Jibril adalah dua dzat yang berbeda, Allah adalah Al-Khalik, pencipta Jibril. Sedangkan bila menuruti konsep Anand, Allah hanyalah "level yang lebih tinggi saja dari Jibril".
M. Amin Djamaluddin
Ketua LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam)
Masjid Al Ihsan lantai 3, Proyek Pasar Rumput
Jl. Sultan Agung, Manggarai, Jakarta Selatan 12970
Tel. (62-21) 828 1606
Tel. Rumah: (62-21) 315 4139
HP: 0812 932 0225
Biodata
Nama : Anand Krishna
Tempat, Tgl lahir : Solo, Jawa Tengah, 1956
Pendidikan : Pacific Southern University, AS (MBA)
Riwayat penting :
- Direktur Pemasaran Kelompok Bisnis Sainath (1979-1986)
- Chief Executive Officer D'Jar Inc. AS (1986-1989)
- Pemilik sebuah pabrik garmen
Alamat :
Pusat Meditasi dan Holistik Anand Ashram
Jalan Sunter Mas Barat II-E Blok H-10/1Jakarta 14350Telepon 021-650 8648
Homepage : http://www.anandkrishna.org
E-mail : ashram@indo.net.id
Sebagian foto diatas bisa dilihat di situs resmi Anand Krishna
Silahkan di Explore dan temukan berbagai foto foto kegiatannya
Setelah itu YOU DECIDE !!
www.anandkrishna.org
Referensi Tambahan
Secara tak sengaja redaksi menemukan berita sekita KONTROVERSIAL ajaran Anand Krishna
Anand Krishna Diadukan Muridnya
:
"AJARANNYA TAK SESUAI DENGAN KENYATAAN"
"Sebagai guru spiritual, tak sepatutnya Pak Anand Krishna melakukan penipuan," ungkap Krisna (kiri), didampingi istri dan pengacaranya.
Sumber Tabloid Nova:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar